Masih seputar perjalanan ku ke Tripa.
Aku ikut bersama tim pendidikan, ke desa sekitar Tripa, mengajak anak-anak untuk membaca. Dengan mobil merah yang kami panggil si pemadam kebakaran, pun parkir di pelataran mesjid tempat anak-anak desa Drien Tujuh belajar di Tempat Pendidikan Al-Quran nya.
Mereka baru saja selesai mengaji. Era, sang fasilitator bersama Eko, volunteer anak, langsung memanfaatkan waktu yang tersedia mempromosikan buku dengan gayanya yang menarik perhatian anak-anak.
Aku lebih tertarik dengan sumur artesis yang mengalir terus menerus di tempat wudhu masjid. Airnya kehijauan, namun cukup jernih dan digunakan berbagai keperluan oleh penduduk sekitar. Begitu kata seorang ibu yang mengaku Pemilik rumah di belakang masjid, Janda satu orang anak bernama...Yusri (klo gak salah ya...)
Dari ibu ini, aku jadi pendengar setia ngalor ngidulnya...Ehm..kan namanya fasilitator harus mengenal masyarakat. Jadi kumanfaatkan saja keterbukaan ibu ini untuk mengenal lebih jauh budaya desa ini.
Ternyata Era pernah kena tegur di desa ini soal busana yang di pakainya. Hmmm rupanya diawal dulu Era berpakaian dengan jeans ketat dan baju ketat meski berjilbab. Ibu ini yang menasehati Era untuk menggunakan Rok agar lebih sopan. Pernyataan ibu itu menjawab kebingunganku melihat Era yang justru pakai Rok ketika ke lapangan. Aku sih..meski terbiasa memakai rok, kalau kelapangan lebih senang pakai celana untuk kemudahan ku bergerak.
"Trus aku gimana dunk Bu..aku kan pakai celana nih?". Tanyaku dengan rada gelisah karena menyalahi budaya mereka.
"Oh..kamu gak apa-apa. Celana mu kan dari bahan kain". Maksudnya kain, adalah bahan selain jeans.
Pff...Syukurlah..aku jadi lega
Ibu itu menunjukkan anaknya yang nongkrong di tangga TPA. Bajunya dekil. Anak itu masih berusia seitar 10 tahun, kelas 4 SD. Nampaknya tertarik melihat buku-buku yang kami bawa, tapi enggan bergabung di dalam TPA. Ibu nya bilang, kalau anaknya pernah di pukul oleh pak Tengku (guru mengaji di Aceh di panggil Tengku). Sejak itu dia tidak mau datang lagi mengaji.
ah...kasihan Yusri.
Anak itu melihat aku dan ibunya bercakap-cakap, berlari menghampiri. Aku ajak anak itu berkenaan, Eh.. si ibu malah ngomel menyuruhnya mandi. Ku tanya sudah berapa anaknya bu?. Ibu menjawab, cuma Yusri, ayahnya meninggal ketika mengandung Yusri. Meninggal karena konflik aceh...ditembak aparat.
Hatiku terasa perih....kasihan Yusri.
Aku pamit dari si Ibu. Pegal juga dengar celotehnya hampir 1 jam dengan berdiri. Aku ingin melihat anak-anak yang membaca buku seperti membaca juz amma.
Kuperhatikan ada perbedaan gaya membaca antara anak laki-laki dan perempuan.
Anak perempuan cenderung tekun membaca. Buku bacaannya tak pilih-pilih. lembar demi lembar di habiskannya membaca dengan suara keras. Seolah membaca itu kewajiban saja bagi mereka.
Meski termasuk paling cerdas diantara 3 desa yang kami dampingi, Anak-anak di desa ini masih banyak yang banyak belum bisa berbahasa Indonesia. Sehingga tak heran jika buku yang berbahasa Indonesia itu di baca tanpa mereka pahami maknanya. Persis seperti membaca juz amma.
Berbeda dengan laki-laki. Mereka agak bergerombol. Mengambil buku tentang ilmu pengetahuan. Membolak-balik buku dan memperhatikan gambar. Lama membolak-balik buku baru ada yang mulai membaca. Ada juga yang membaca sambil memamerkan gambar yang dilihatnya pada teman sebelahnya. Lucuuu....Btw..ini gaya baca ku juga (kaya anak-anak ya?)
Asyik memperhatikan anak-anak membaca, tiba-tiba Yusri datang nongkrong. Duduk di tempat semula di tangga TPA. Tapi lebih rapi. eh...ternyata yusri sudah mandi.
"Ai...Yusri udah mandi ya...sini yuk gabung membaca?" ajakku.
anak itu menggeleng tidak mau.
" weleh"...bingung aku.
Mungkin trauma pada Tengku yang memukulnya masih tersisa. Kuambil buku tentang binatang-binatang. Ku mendekat ke arahnya.
" Yuk...Yusri kita baca buku ini"
Eh..Yusri pun dengan semangat, matanya bercahaya, meraih buku yang ku sodorkan padanya. Teman-temannya yang lain mendekat ke Yusri saling pamer gambar menarik yang di temukan.
Ah..asyik lo gabung dengan anak-anak. Meski ku tak bisa melucu ke mereka. Aku terhibur melihat wajah-wajah polos yang semangat belajar itu.
Kok tega sih...memukul mereka ya????
No comments:
Post a Comment