Sunday, June 15, 2008

....PNS....


Maaf Mak..
ku tak ingin test PNS
meski aku dibesarkan dari rupiah Bapak setiap bulan
Yang dirubah dari bilur keringatnya di kantor dinas itu

Aku hanya ingin turut merasai bau peluh mereka
Petani, nelayan, buruh
yang esok mungkin tak dapat makan
meski tenaga habis terkuras sehari-harian

Aku hanya ingin turut merasai bau peluh mereka
Petani, nelayan, buruh
yang esok mungkin tak dapat makan
meski tenaga habis terkuras sehari-harian

Maaf Bapak
Ku tak ingin jadi PNS
Meski bagimu PNS adalah satu-satunya ukuran kemapanan
Modal ampuh untuk melamar gadis, kredit motor dan rumah

bagiku kemapanan adalah tali kekang
Candu yang tiada habis
melumpuhkan kreatifitasku
Memanja malasku

Maaf Ibu..
Aku gak akan memilih hidup menjadi PNS
biar kata Ibu bilang ku bodoh
tak ingin goyang kaki di masa pensiun
biar kata Ibu bilang aku pengangguran
Asal Aku tetap bisa makan yang halal
Anak-anakku bisa sekolah
cukuplah..

Nuraniku berontak Ibu
tolong...
jangan paksa aku!


1 comment:

No longer valid said...

Jadi ingat akan saat dipelototin Kasubdis manakala menolak serpihan wang sebagai bagian yang kudu diterima dari daftar yang tinggal diparaf yang konon berasal dari SHU proyek piktif. Lalu 3 bulan kemudian masuk kotak karena tak mbisa diajak kerjasama. Duh ini sombongnya satu kesadaran. Harga diriku sebagai PNS jauh lebih mahal katimbang sekepal uang haram.
Tentu aja diketawain oleh banyak pihak. "Gembel betingkah." Katanya.

Untung aja masa PNS dah berakhir di 2000. Klo gak, mo gimana coba cara membaca prosa melow begini.