Sunday, July 13, 2014

Pilihanku adalah AKU

Seorang teman bertanya di Facebook, ketika aku dengan menampilkan fotoku usai mencoblos, berbaju kotak dan memamerkan 2 jari yang bertinta, tanda aku jelas memilih salah satu capres. 
Temanku bertanya kenapa sangat yakin dan sampai dipamer-pamerkan?.
Aku jawab singkat: " Karena ada Harapan"
sebenarnya aku malas komen secara detail disana. Tapi pertanyaan itu kemudian kurenungkan lebih dalam. Kenapa?.

Awalnya memang gak sengaja ya...
Tadinya untuk menghindari privat massage yang berkampanye membawa isu agama. Dan aku muak dengan issu itu.
Tapi sesungguh daya dorong yang lebih besar adalah 
Ada semangat yang berlebih yang ingin kutunjukkan ke semua orang
Sejak profile picture bersanding angka 2 dan bertuliskan: "I am on the right side".
Aku mulai latah penuh semangat.
Pemilu kali ini amat berbeda, dan penuh dengan harapan.
Diantara jenuhnya aku dengan berbagai berita korupsi di para pemegang keputusan negeri ini
Diantara mualnya aku dengan kebanggaan orang-orang yang hidup dari kolusi dan nepotisme.
Munculnya Jokowi seolah memberi tanda babak baru bagi Indonesia.
Tanda akan munculnya birokrasi yang  bekerja keras, perduli kepada rakyat, muda dan semangat. 
Maka pada pemilu kali ini, aku tegas menyatakan mendukung Jokowi JK.

Jauh sebelum Jokowi menyatakan diri maju menjadi capres, sebenarnya aku mengikuti beritanya. Baik dari media, media sosial maupun pertemanan sehari-hari yang terkadang berkumpul di ajang para aktifis. Jokowi memang beda. 
Ketika dia mencoba memenangkan pilgub jakarta, aku mengikuti setiap trend perkembangannya. Turut berdoa dengan penuh harap, dia memenangkan Jakarta. Dan benar...
Setelah itu ada yang mengajak untuk bergabung di JKW4p. Grup relawan untuk pemenangan Jokowi menjadi presiden. Dengan halus kutolak, karena menurutku saat itu, Jokowi harus konsen jadi gubernur dulu. Tapi dasar...sebuah semangat lagi...menggelontorkon sikapku, dan kemudian tetap mendukung penuh ketika Jokowi maju menjadi calon presiden. Ditambah pemilihan wakilnya Jusuf Kalla. Well...perfect menurutku. I like JK. 

Sementara grup lawan Jokowi, kian hari menjadi tempat berkumpul orang-orang yang sering membuat ku muak. Paling memuakkan adalah  ARB, diikuti oleh Hatta Rajasa. Prabowo sendiri sebuah anak emas orde baru yang masing berharap kekuatan trah masa lalunya masih mampu membius Indonesia. Lengkaplah sudah...Aku tidak akan...tidak akan pernah simpatik pada tim ini. 

Aku sangat yakin Jokowi menang dalam pilpres 2014, sampai ketika dalam suatu pengajian keluarga, isu Jokowi kristen dan cina begitu nyinyirnya disampaikan oleh kaum Ibu. Kutanya sumbernya, lalu para ibu itu bilang: ada SMS yang beredar.
gila...kan SMS!. cuma sekedar SMS dan para ibu yang sering ngumpul untuk pengajian-pengajian ini PERCAYA BEGITU SAJA!.


Dan memang tak kusangka...
Ternyata banyak disekitarku malah berada di pihak berbeda. 
Atasanku, rekan kerja, dosen pembimbing tesisku, teman-teman kuliahku, teman-teman HMI ku, dan kawan-kawan lamaku. Terutama yang beragama Islam. 
Aku jadi terlihat aneh sendiri. Kadang di bully. Kadang diajak diskusi menjurus oleh teman-teman yang berpura-pura netral, padahal setelah kubacai perkembangan statusnya di facebook, jelas dia adalah tim sukses kandidat satunya lagi. 

Aku sempat shock dengan teman-teman tertentu yang keterlaluan, berubah menjadi sangat kasar dalam memberikan komentar di facebook. Terlalu berlebihan. Seolah dia sangat mengenal segala keburukan tokoh yang kudukung, dan capres nya begitu mulia dan suci. 
Awalnya kukomentari, tapi setelah kulihat perkembangannya semakin meruncing, aku memilih bercanda saja. Jika keterlaluan sekali, kuhapus saja komennya di wall ku. Daripada seharian emosiku tidak stabil, lebih baik aku hapus saja. Mengabaikan adalah pembalasan yang paling telak dariku. Ada beberapa pertimbangan, kenapa aku tidak menghapus pertemanan facebook dengan mereka. Alasan terbesarnya adalah aku ingin membaca seluas apa dan seintens apa issu agama dan rasis mengakar dan dinyalakan di lingkungan sekitarku. Siapa orang-orang pembuat onar sesungguhnya. Nama-nama itu kusimpan dalam hati saja. 

Di dunia nyata, aku sendiri cukup dekat dan santai berbicara dengan seorang teman yang tim pemenangan inti Prabowo, sambil tertawa, tanpa melecehkan siapapun, dan apalagi berkata-kata kasar. 
Maksudku...itu temanku diatas bukan siapa-siapa, bukan mendapatkan apa-apa, tapi kok...jadi penebar fitnah begitu. Sedangkan tim suksesnya sendiri, tak perlu menjadi hina seperti itu untuk mendukung capresnya. 
Mengapa begitu mudahnya teman-teman yang kukira kritis dalam menelaah informasi, ternyata menerimanya bulat-bulat, meneruskan informasi yang belum pasti, dan bersuara lantang sampai kasar, seolah sesuatu yang amat jahat sedang terjadi terhadap dirinya dan negeri ini?.
Tak hanya di kelompok para ibu-ibu pengajian, tapi ternyata hasutan begitu mudah ditelan oleh orang-orang yang mengenyam pendidikan tinggi. 


Aku merasa tugas pembedayaan perempuan, muncul lagi untuk diperjuangkan. Tapi dalam waktu dekat aku juga menyadari, begitu mudahnya isu agama menjadi alat adu domba politik di Indonesia. Padahal  jelas-jelas isu ini hanya muncul pada saat pertarungan politik saja. Namun seolah-olah membuat orang yang termakan isu ini menjadi pahlawan agama dan sukunya. Preeet!

Jadi...kenapa aku memamerkan pilihanku adalah:
Karena aku ingin menunjukkan
Bahwa...
Seorang Pera adalah Pera seutuhnya, yang bebas memilih siapapun yang dianggapnya pantas.
Bahwa seorang Pera adalah Pera yang tidak takut terhadap kenyataan menjadi berbeda, aneh di lingkungannya. 
Bahwa keputusanku adalah prinsip dan tak kugadaikan dengan rasa takut berbeda, takut tak punya teman, takut kehilangan pekerjaan, takut ditinggalkan.

Aku juga ingin sangat menunjukkan bahwa...Isu agama adalah isu Sampah yang sesungguhnya. Isu yang dimainkan oleh pelacur-pelacur politik, yang hidup dari menjual permusuhan antar agama. Pada kenyataannya, Islam mereka berbeda dengan Islamku. Pada kenyataannya ketika mereka yang mengaku pejuang-penjuang Islam di partai-partai Islam itu HANYA memikirkan kepentingan kelompok Islam yang bergabung di partainya saja. Dan aku...dari kelompok Islam yang tidak berpartai ini...hanya jadi alas kaki, alat permainan, pion catur, yang pada masa kemenangan nanti...tak lebih dari debu yang hina. 

Maka, inilah aku dengan pilihanku.
Pilihan yang menyatakan inilah 
AKU, 
Harapanku, 
Keyakinanku, 
keIslamanku.

*****


"I am on the right side".
Aku yakin seyakin yakinnya jika aku telah bertindak Benar.

No comments: