Tuesday, April 15, 2014

JKW4P effect

Masih soal Pemilu 2014.
Membacai status teman-teman di facebook tentang Jokowi. Setelah kuhitung-hitung dominan sekali teman-temanku menghujat Jokowi. Tak hanya di dunia maya, pertemuan komunitas alumni pun demikian. Habis tuntas dikupas semua yang buruk dari Jokowi. Sama sekali tak ada yang pantas membuatnya duduk di RI 1. 


Kumaklumi saja karena mayoritas teman-temanku...terutama kaum pria memang terlibat di partai, kader mau pun hanya partisipan di partai-partai yang tak senang dengan naiknya Jokowi. 
NB: Tak senang, karena partainya pun punya jagoan sendiri untuk calon RI 1. 

Tapi lama-lama keterlaluan sekali memang. Bukannya aku mengagungkan sosok Jokowi, tapi ya...kalau menghujat seorang calon..ujungnya adalah memihak pada lawan yang di hujat. Begitulah politik. Maka ketika seorang menghujat Jokowi, maka yang ingin segera kutebak, adalah "Siapa" yang didukungnya?. sebaik apakah?. sepantas apakah?. 
Maka jika dilihat trek record capres jagoan teman-temanku itu umumnya adalah tokoh yang: bernoda pelanggaran HAM.
Ada yang pernah menculik, ada juga yang bangga menenggalamkan satu kecamatan.
Terlepas dari terbukti tidaknya pelanggaran HAM tersebut, tapi issu tersebut jauh ada sebelum mereka menyatakan diri jadi capres. 

Pelanggaran HAM vs Gubernur yang populer.
Nilainya sungguh tak setara.
Alat ukur seorang pemimpin negara yang seharusnya adalah kemampuan menghargai, melindungi setiap nyawa warga negara ini. Sekalipun orang tersebut pengemis paling kudisan dijalanan. 

Lebih baik si  Raja Dangdut Roma Irama daripada orang-orang yang jelas memiliki dosa sejarah membunuhi orang tak berdosa, langsung maupun tak langsung. 
Yang satu jelas menghibur, satu nya lagi menakutkan. 
Tak masuk akal kenapa mereka mendukungnya, kecuali.....mereka mendapat sesuatu dari dukungan ini. Well...dalam politik tak ada pendukung sejati kan?. yang ada cuma kepentingan. 

Kalau si "Siapa" itu pun memang tak ada, si teman ini benar-benar bodoh, termakan hasutan, dan biasanya hanya jadi korban. Ibarat perang, hanya prajurit yang tak dianggap ada oleh jendralnya sendiri. 

Terlepas bicara sistem negera yang carut-marut dan seolah demokrasi ini.

Pada pemahaman yang paling sederhana yang diajarkan dalam bertatanegara di Indonesia ini adalah:

" Calon Presiden adalah warga negara Indonesia...."

Tidak ada syarat tambahan: harus jawa, harus sumatera, bukan cina, bukan sedang menjabat,  harus muda, harus berpengalaman.
Tapi di masyarakat, syarat-syarat ini di tambahi panjang kali lebar, dan tak ada solusi. Semua kepentingan golongan yang ingin dijadikan syarat capres,dan menegasikan kemampuan dan karakter ideal seorang Pemimpin Bangsa. Catat..Pemimpin Bangsa..bukan Pemimpin golongan. .

Yang paling menyebalkan adalah ketika melihat patai-partai Islam itu bergerombol seolah sepakat menarik diri dan menghujat Jokowi. 
Dengan dalih kristenisasi, meninggalkan pemimpin kafir di jakarta (Ahok) dan ada saja dalih berlabel agama untuk menjatuhkan Jokowi. Siapa yang diusungnya?. Hadeuh...entahlah, tak ada yang berkualitas melebihi pakaiannya sendiri. 

(Kalau memang Jokowi bersebrangan dengan partai-partai ini, semoga dia mampu memberantas orang-orang yang berjualan agama dinegeri ini)

Lalu kenapa aku memilih Jokowi?

HARAPAN

itu saja.
Diantara semua yang muncul, hanya dia yang membuatku kembali berharap, bahwa Indonesia ini bisa menjadi Hebat.

Bahwa setiap warga negara Indonesia ini, punya kesempatan jadi Presiden. Tidak karena sejarah nenek moyangnya yang pahlawan, tidak pula karena keindahan fisik tubuhnya.

Bahwa jika ingin menjadi "seseorang" yang dihargai di Indonesia ini, haruslah bekerja keras, rendah hati, memihak kepada rakyat, memperbaiki secara sitemik.

Bahwa dia, seperti juga kebanyakan rakyat Indonesia, bisa kok...jadi calon Presiden.

***
Diantara percakapan tak produktif komunitas teman-temanku, satu dua sepertiku, mengambil jarak dan diam. Ngapaian juga ikutan panas, atau balik menghujat.
Mendingan cari aktifitas yang lebih produktif.

Soal Jokowi, sikapku hanya: Berharap,
Berharap ada arus tak terbendung, semakin jelas semakin deras dan kuat. Sesuatu yang baru dan lebih baik akan muncul segera, dan menyumbat mulut-mulut bau yang kerjanya hanya buat fitnah. 

No comments: