Friday, June 19, 2009

Memoar Firdaus Kecil 2

Aku bertemu dengannya pagi tadi. Tak begitu kuperdulikan awalnya. Mungkin karena aku lebih memikirkan orang-orang sekitarnya berlaku latah meski dalam kantor polisi yang konon berjuang untuk melindungi.

Dia Anak perempuan yang cantik. Matanya sipit, bibirnya mungil, hidung kecilnya indah. Sepertinya darah Jepang mengalir di darahnya. Aku harus mendampinginya melalui proses BAP di kepolisian. Anak kecil ini masih belasan tahun. Antara 11 sampai 13 tahun. Kudengar darinya, dia putus sekolah setahun lalu dari kelas satu SMP.

Gadis kecil itu salah satu dari puluhan para pelacur lainnya yang digelandang keluar dari daerah lokalisasi terselubung yang diamuk amarah warga. Hanya perempuan yang di naikkan ke pick-up Polisi. Hidung belang hilang satu persatu tanpa dipermalukan. Bagai pajangan para perempuan itu di arak keliling kampung menuju tahanan. Tertunduk layu kecuali gadis kecil ini. Hingga kini mata nyalang itu juga tertuju padaku. Tak ada rasa bersalah terpancar dari balik mata sipitnya. Sesekali bibir tipis itu tersenyum. Senyum yang berarti sama dengan kata-kata mengejek. Dia....Firdaus.

*****
bersambung lagi

No comments: