BBM Naik, masyarakat demo. Dan belum pernah demonstrasi berhasil menggoyahkan pendirian pemerintah untuk mengubah kebijakannya tersebut. Lalu, kenapa kita tak lelah juga?. Karena sebagian (kelas menengah kebawah) merasa tercekik. itu saja. berubah?. mimpi kali yeee.
BBM naik sudah berkali-kali, dalam jarak beberapa tahun dan selalu dengan reaksi yang sama. Masyarakat heboh dengan penolakannya, lalu pemerintah coba meyakinkan masyarakat. Kadang malah memabukkan masyarakat dengan janji manis.
Salah satunya janji versi baru adalah Bantuan langsung tunai. Belakangan, setelah pengalaman pertama yang memakan korban, bantuan ini dianggap dingin oleh masyarakat. Janji yang selalu di ulang-ulang oleh pemerintah adalah perubahan penggunaan energi dengan energi alternatif. Anehnya, energi alternatif tidak pernah menunjukkan hasilnya.
Pohon jarak di tanam, entah kemana hasilnya.
perubahan ke biogas, cuma sebatas digunakan busway di jakarta.
Masyarakat kelas menengah bawah di minta untuk mengganti minyak lampu dengan gas. Promosi besar-besaran, anehnya, tidak ada pengadaan gas di pasaran. Apa boleh buat, masyarakat kembali menggunakan minyak lampu.
Jika kita perhatikan dalam setiap kebijakan pemerintah, yang terlebih dulu di tuntut adalah masyarakat. Pernahkah pemerintah mencoba merubah penggunaan energi di lembaganya sendiri?.
Seperti, Merubah total bahan bakar minyak yang di gunakan di PLN.
Mengganti mobil-mobil pejabat dengan biogas.
Memaksa pabrik-pabrik untuk merubah minyak dengan biogas, ataupun batu bara.
Kenyataan yang ada, PLN yang masih saja tidak memperbaharui energinya dengan alternatif selain minyak. Perusahaan minyak Indonesia, tak juga mampu memenuhi kebutuhan minyak untuk negeri sendiri. Energi alam seperti gas dan batu bara, tetap saja tidak di manfaatkan untuk penggunaan energi alternatif. Konon lagi penggunaan energi matahari yang masih relatif baru teknologinya di negeri ini.
Pemerintah selelu berdalih bahwa ada upaya agar konsumsi minyak kita dapat diatasi.
Memang ada, tapi hanya hangat-hangat tahi ayam, alias setengah hati. Efisiensi energi, di laksanakan d bagian yang tidak memberikan kontribusi besar dalam penghematan energi mnyak. Sifatnya ala selebritis. Contoh, kenaikan harga BBM di tahun 2005, Para Pejabat pamer pengehematan energi di gedungnya, jam tertentu listrik harus padam, dan pegawai diwajibkan naik tangga. Kebiasaan ini sudah tidak ada lagi sekarang.
Kalaupun ada upaya menuju penghematan energi dan pengalihan sumber energi minyak, hanyalah tergantung momen. Momen ketika BBM harus di naikkan. Tujuannya hanya mengambil simpati masyarakat sejenak saja. Sampai masyarakat lelah berdemonstrasi, kemudian mencoba menerima keadaan, bahwa akan ada perubahan. Tapi, sejarah akan selalu berulang kembali. BBM akan naik dan naik lagi.
kenapa?
karena memang tak ada upaya serius dari pemerintah untuk mengendalikan BBM.
Karena pemerintah tidak mau ambil pusing memikirkan cara lain selain menaikkan BBM.
Karena kenaikan BBM juga alat yang paling mudah untuk di politisir.
Pemerintah kita ini seolah sudah kena kutuk, bahwa tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan anggaran negera selain dari menaikkan harga BBM.
Sampai kapanpun, dengan mental pemerintahan yang tidak punya visi kemandirian bangsa, Keputusan pemerintah di negeri ini akan selalu di permainkan dengan kondisi perekonomian dunia. Syukur-syukur, jika dipengaruhi kondisi perekonomian dunia, karena bisa jadi malah, negeri ini sebenarnya diatur oleh negara-negara yang telah menyimpan investasi di semua lini kehidupan negeri ini.
1 comment:
Pfuihh.. bener-bener capek ya..
Makanya males banget kalo diskusi masalah ini. Bikin hati makin 'mpet' [kesel-red] dengan pemerintah. Macam gak ada solusi lain. Kayak benang kusut masalahnya, malah lebih parah lagi.
Musti diapain negara ini ya kak?. Huih...makin pesimis aku!
Post a Comment