Ditengah tekanan untuk mempercepat pembangunan rumah korban Tsunami Aceh dari Pemerintah Indonesia dan Internasional. KKSP justru menawarkan konsep pembangunan pertisipasi masyarakat yang butuh waktu lama dan rentan konflik. Sejauh mana konsep pembangunan ini memberi dampak positif bagi masyarakat?
Pak Bustami, salah satu dari 84 kepala Keluarga di desa Angkieng Barat, Biereuen, Aceh, yang menerima bantuan rumah dari KKSP, pada tanggal 20 November 2005 yang lalu menerima kunjungan Tim Evaluasi Pembangunan KKSP. Tim ini bermaksud melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan secara kualitas dan kuantitas. Ada gurat kekhawatiran Pak Bustami ketika tim evaluasi menanyakan penyebab kerusakan yang terjadi pada lantai rumahnya. Ada keretakan sepanjang 1 meter dan plesteran lantai yang mengelupas sebesar diamer 5 cm di tengah garis keretakan tersebut. Ternyata lantai tersebut adalah buatan Pak Bustami sendiri.
Sebelum tsunami, Pak Bustami seorang nelayan. Pasca tsunami, dia memanfaatkan momen rekonstuksi ada di desanya untuk belajar pertukangan. Ternyata kerusakan lantai rumahnya adalah proses pembelajarannya yang pertama. Rumah Yuswardi yang masih adik iparnya adalah hasil kerja keduanya. Meskipun belum begitu rapi, namun campuran semennya terlihat lebih kuat dari yang ada di rumah Pak Bustami. Meski demikian, mau tidak mau KKSP harus memberikan bahan-bahan untuk memperbaiki lantai rumah Pak Bustami yang rusak. Itulah resiko pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat
No comments:
Post a Comment