Medan Membaca diundang untuk kolaborasi dalam Perayaan 17 Tahun Theater Rumah Mata di Museum Kottacina. Ada sesi baca puisi. Kesempatan ini tak kusiasiakan untuk menguji nyali membacakan puisi antikorupsi. Aku masih menyimpan Puisi 10 ribu yang dibacakan pada TAPAK 2020.
Sepuluh Ribu
Karya Rika Kartika
Coba kau hitung rakyat ku
Uang 10 ribu bukan apa apa kan?
Kupotong Cuma sedikiiit saja dari alokasi bansosmu
Kuberi kau sembako, untuk
sambung makan dan isi perutmu yang lapar
Ada beras kelas seadanya
Ada sekaleng sarden banyak kuahnya
Gula yang manis untuk hibur nasib mu yang pahit
Dan mi instan cap hemat untuk anak-anakmu menyambung hidup
Coba kau timbang rakyatku
10 ribu yang kukutip bukan apa-apa kan?
Itu seberapa dibanding modalku jadi politisi
Tak cukup beli sepatu belli ku yang mengkilat
Kurang banyak untuk beli tas hermes istriku
Tak sanggup beli speda bromptomku dan jam rolex ku
Coba kau hitung rakyatku
Apalah arti 10 ribu
Tolong dong jangan kau sebut ini korupsi
Sebut saja ini uang lelah
Atau kau anggap saja ini biaya komisi
Kan sebagai pejabat
Aku lelah
Keliling ceramah bicara keadilan di mimbar mimbar pertemuan para raja
Aku juga lelah
Berpura-pura iba ketika masuk blusukan ke tempat-tempat becek
Ke kampung-kampung kumuh dimana kalian melongo menatap dengan luka
compang camping di hati dan tubuhmu
Kau harus pahami ya…jelata
Kemanusiaan itu memang sering nyangkut di ujung lidah kami
Kau harus maklumi
Ternyata beradab itu kadang mudah nyasar menjadi biadab
Kau harus mahfum
Kalau etika sebagai lip service itu bisa hilang sekejap mata
Duh …jelataku
10 ribu itu bukan apa apa kan?
Tak sebanding dengan pidatoku..untuk kau jauhi korupsi
Rakyatku…
Terimakasih atas kutuk mu ya?
Dengan 10 ribu mu, kini kupakai rompi orange
Tak kurangi gagah ku
Karena ku masih bisa lambaikan tangan
Dan lemparkan senyum simpulku di layar kaca mu
Desember 2020
No comments:
Post a Comment