Saturday, June 12, 2021

Cerita dibalik Kopdar Nobar_ The End Game KPK_ Medan Membaca

Mengorganisir kegiatan di Medan Membaca tidak begitu sulit terutama untuk divisi literasi Anti Korupsi. Hal ini karena tim memang sudah biasa bekerja sama, mengenal karakter masing-masing, dan distribusi tugas yang sudah biasa dilakukan. 

Misalnya, aku selalu menawarkan dulu siapa yang ingin menjadi moderator, walaupun sebenarnya dalam hati ingin, tapi sebagai Ketua, tak elok rasanya jika semua fungsi tampil kuambil alih. Aku selalu berupaya membagi ke anggota yang bersedia. Maka di grup khusus literasi anti korupsi kulempar siapa yang bersedia. Sesuai tebakan ku, Nikmal dengan cepat mengambil peran, walapun sedikit malu-malu. Ya..kusuruh aja di tegaskan mau atau tidak. Aku kurang suka orang yang maju mundur, kalau sudah memilih ya...jalani saja. 

Kk Ainun seperti biasanya perannya adalah kompor gas dan pada saat hal-hal teknis dibutuhkan selalu bersedia. Nah..kali ini, aku kebetulan tugas keluar kota. Sementara acara kopda ini perlu mengajukan pendaftaran secara online ke Watch Doc sebagai pemilik hak cipta. Sudah kucoba melalui HP, namun mata yang sudah mulai mengabur ini kesulitan ditambah sinyal di luar kota yang tak stabil. Jadilah ku kukirim pesan ke k Ainun untuk mendaftar. Benar saja dia langsung kerjakan saat itu. Kebetulan megang laptop dan langsung mengisi form pendaftaran. Senang diaawalnya lalu mulai lah cerita memalukan itu. K Ainun mulai macet saat pengisian tanggal kegiatan. Kusebut tanggap 5 atau tanggal 11. waduuh...gak bisa ini Pera, disampingnya pilih pm atau am. Aku benar-benar kurang konsentrasi saat itu. dalam pikirannku angka 5 harusnya am. tapi kenapa tidak berhasil juga?. maka dirubah lah jadi tanggal 11 am dan pm tak berhasil juga. Beberapa kali di coba, tak jua berhasil, akhirnya k Ainun menyerah. Aku via telpon pun menyatakan ya sudahlah. 

Lalu sudah kukubur rencana mengadakan even kopdar nobar ini walaupun dengan hati gusar. Lalu di hari terakhir pendaftaran, muncullah WA dari mbak Judith, mengenai partisipasi medan membaca dalam penayangan film yang dibuat spontan akibat tidak lolosnya 75 pegawai KPK dari TWK untuk menjadi ASN. Mbak judith menawarkan bantuan jika ada masalah. Langsung kujelaskan kendala di pendaftararn. krn mbak judith belum mengerti juga dengan penjelasan tertulisku, kukirim lah tangkapan layar halaman pendaftaraan yang sempat kuminta sebelum layar pendaftaran ditutup oleh k ainun. niatanku tadinya akan kuperiksa pada saat lebih tenang dan konsentrasi. Kebetulan mbak Judith bertanya, maka ku lampirkan saja tangkapan layar tersebut. Tapi mbak Judith masih tak mengerti ketika kujelaskan ketika kami tak berhasil memilih Am atau PM. 

Lalu mbak judith bertanya, jam pelaksanaannya jam berapa?
Hah....disitu aku terhenyak, kenapa terlupa kalau AM dan PM itu merujuk jam pelaksanaan. Malu sendiri aku mengakui kekonyolan kami. Ku telpon k Ainun untuk mendaftar kan kembali, sambil kami terkekeh dengan kegagapan literasi digital kami. 

Selesailah drama konyol saat pendaftaran. Kami pun tinggal menunggu hari H. Aku benar-benar sibuk mengejar deadline mengajar dan proyek, sambil mengorganisir pembagian tugas di pengurus. Siapa yang berperan dalam dokumentasi merekam video maupun foto, memastikan absen terisi semua, memilih tempat yang gratis, asyik dan menu yang enak dan terjangkau, membagi tugas membuat evaluasi, dan memastikan peralatan tayang film tersedia. Pemantik yang kuinginkan, ternyata terbaca oleh bang Agung yang baik hati, yang menyediakan tempat penyelenggaraan nobar. Dia menawarkan diri menghubungi bang Andi hutagalung, yang merupakan film maker dokumentasi yang cukup ternama di Kota Medan. Jadilah perencanaan ini sempurna dan pembagian tugas merata. Tinggal aksi di hari H. 

Jam 11 malam aku masih sulit tidur membayangkan persiapan-persiapan teknis yang mungkin masih tersisa diatara berjibun kesibukan pekerjaan. Istirahat sebentar kubutka WA story, dan seorang teman literasi di tulungagung menyapa. 
Boleh minta tautan film kalian?
Kawan ini sudah melaksanakan nobar film beberapa hari yang lalu, ternyata langsung menayangkan film dari youtobe dan tak tersimpan lagi akses tautannya. 

Kukirimlah film, yang tadi sudah di donlot k Ainun yang dikirimnya via wa. 
Lalu si kawan tertawa dengan emoticonnya. ini thriller bukan filmnya. mana bisa dikirim bisa WA. bentuknya tautan di youtobe, filmnya berat. 

Aku terhenyak baru tersadar kekonyolan kedua, dan panik karena sama sekali tautan film tak ada. 
Ku telpon lah k Inun malam itu, tumben dia pun belum tidur. Dan terjadilah kepanikan, kenapa ka ainun tidak bisa membedakan mana film dengan thrilller film, dan akhirnya panik kenapa panitia belum juga mengirimkan tautan filmnya?

Panik kuperiksa email medanmembaca, mengecek folder sampah, terkirim ataupun draft. semua kotak surat kuperiksa tak ada. Kubuka tautan instagram akun panitia, lalu kulaporkan mengenai penyelenggaraan besok pagi, namun film belum diterima. Malam itu kami menyerah, dan melanjutkan usaha besok pagi. 
Bangun pagi, kukirim WA kembali ke mbak Judith, mengenai kendala akses film. K Ainun menghubungi Master Budi meminta film. 
Sekitar satu jam kemudian masuk ke email medan membaca. Lega sekali. Sekaligus lucu. Ada-ada aja saja kendala teknis. Semuanya masalah literasi digital. Kegagapan teknologi dan bahasa. 

Begitulah kalau membuat event, walaupun sederhana taktis dan terbiasa bekerjasama, selalu ada cerita lucu dibaliknya. Kepanikan, celoteh lucu demi meredakan stress penyelenggaraan mewarnai suka duka membuat kegiatan. 

Acara belangsung sampai menjelang magrib. Peserta beragam sekali, banyak yang masih pertama kali mengenal medan membaca, dan aktif memberikan tanggapan kegiatan. 
Kucek konsumsi, tidak ada yang nembak bayar, sesuai dengan persyaratan yang kami sampaikan dalam formulir pendaftaran online untuk mengikuti nobar ini. Bersedia membayar konsumsi masing-masing. 

Alhamdulillah, semua penat terbayar. Kami duduk di halaman depan cafe. Bercerita lebih rileks sesama pengurus. beberapa pengurus yang domisili di luar medan kebetulan lagi mudik dan jadilah kami melepas kangen dan membully yang bisa di bully. heehee....

Senang sekali Medan Membaca dengan segala warnanya. Setelah serius-serius nonton, malam itu kami tutup dengan tawa, makan mie ayam, dan berlagak toast gelas minum yang berisi air putih dan satu termos air hijau yang tak mau kalah. Dasar gokil!










No comments: