Thursday, January 10, 2019

Alasan mangkir dan kastanya

"Kemana semalam Bang?". Tegur seorang lelaki muda, baru datang dan langsung mengambil posisi di samping lawan catur si Udin.
Udin yang sedang konsentrasi memikir kan bidak catur nya. Sedikit terlonjak.

Ternyata Doni, Marketing perumahan. Masih tetangganya. Tadi malam mereka seharusnya menghadiri rapat membahas Kubah Mesjid yang rubuh itu.

Satu masa, mereka dulu pernah bergabung di remaja mesjid, setelah dewasa tersebar berbagai daerah dan profesi. Lalu terkumpul kembali di group WhatsApp. Kejadian rubuhnya Kubah, membuat ide untuk ngumpul untuk membangun donasi sekalian romantisme masa-masa memakmurkan mesjid. Udin tak datang.

" Ketiduran" alasan Udin singkat sambil melanjutkan langkah pion papan catur. Malas sebenarnya dia.
"Owh...Batal pun Bang". Sahut Doni nyengir, dan memberi kode ke Ibu kantin. Memesan segelas kopi.
" Kenapa?". Tanya Udin.
" Banyak yang gak bisa hadir.  Anak-anaknya gak bisa ditinggal katanya. Ada juga yang gak ngasih kabar".
"Ugh...ugh.." Udin terbatuk disindir anak muda itu. Dia memang ketiduran. Tak sempat kasih kabar di Grup WA itu.
"Males aku ngumpul sama mereka.. alasannya sudah bisa ditebak. Anak sakit, mertua datang, istri suami perlu di belai".

"Hahaha..." Mereka berdua tertawa.

"Nasib kasta anak Lajang bergabung dengan yang sudah berkeluarga. Dianggap siap meluangkan waktu kapan saja. Berbuat hal-hal teknis. Sedangkan yang berkeluarga seolah punya hak istimewa. Membatalkan pertemuan kapan saja, dan cukup bicara kasih ide dengan "monyong" menghadap ke dirimu". Repet si Udin.

" Tak semua begitu Bang" hibur Doni.

" Makanya Kawin lah Kalian...biar tau nikmatnya" Kata si Ibu Kantin, nyambar.percakapan begitu saja sambil menghidang kopi hitam pesanan si Doni.

Sejenak Doni dan si Udin bersitatap. Dan kembali tertawa terbahak. Cuma mereka berdua yang mengerti.

***

#30haribercerita #30hbc @30haribercerita #30hbc05 @medanmembaca #penapera
sagalaoretoret.blogspot.com

No comments: