Friday, August 24, 2018

Si Omak, sang guru mengaji yang galau

Si Omak galau sama anak-anak yg belajar mengaji dengannya setiap sore di rumah kami. Pasalnya belakangan tidak disiplin datang mengaji. Sekali datang, 4 kali libur. Tak tamat tamat lah juz amma itu.

Bayar uang ngaji se"ikhlas"nya, disesuaikan mereka dengan kehadiran seenaknya.
Padahal materi bukan lah yg dicari si Omak yang sudah berhaji. Si Omak cuma khawatir anak anak kampung ketika dewasa, mengucapkan basmallah saat akad nikah pun tak fasih.

Maklum lah, lingkungan kami mayoritas non muslim, ancaman narkoba dan seks bebas jg besar. Apalah jadinya anak anak kampung tanpa ilmu agama sejak dini.

Suatu hari dibuatnya lah peraturan baru: WAJIB bayar uang lima ribu rupiah setiap datang mengaji. Delapan kali berturut-turut datang mengaji, dikasih bonus 10 ribu.

Hasilnya, tenyata berlomba lomba anak-anak datang mengaji. Mungkin mengejar bonus 10 ribu rupiah jika datang rutin, tak pernah absen. Karena rutin berlatih, bacaan juz amma segera tuntas.
Ada yang protes kemahalan. Mungkin karena galau beberapa hari tak datang. Tapi kemudian datang. Berlomba belajar bersama-sama anak lain.
"Mahal ya bayarnya?"
"Makanya belajar serius biar jangan rugi", kata si Omak.

Sebulan peraturan baru dijalankan, anak-anak sudah pesat perkembangannya. Alhamdulillah.

Terkadang belajar ilmu agama harus dimulai dengan menghargainya dengan materi dulu, agar selanjutnya bisa lebih menghargainya secara aktivitas.

Belajar Agama harus disiplin, rutin dan tak boleh berhenti, agar waktu mu tak sia-sia. Banyak juga anak-anak yg sudah selesai mengaji, gagu kembali karena tak diulang kaji, jadinya sia sia.

Begitulah cerita Omak ku si Ibu Hajjah, sembari masak daging Qurban hari ini.

#proud of you Mom 🌹

No comments: