Thursday, March 03, 2011

Konsumen lebay...

Aku lupa menyeting suara Handpone ku. Padahal saat itu aku sedang melayat sanak keluarga ku yang memenuhi panggilan sang Pencipta. Segera ku angkat, dan ambil posisi menjauh...Terdengar suara perempuan dari seberang. Ternyata urusan pekerjaan.

"Mbak...kemarin saya ngecek rumah saya...saya kecewa, komplain saya gak ada yang dibenahi ya?...yang ini...yang itu..yang anu...bla..bla..bla.."

Sebenarnya konsentrasiku saat itu mengawang-ngawang, sudahlah berduka, dengar omelan pulak. Seingatku semuanya kujawab dengan tema...Iya mbak...maaf, kami usahakan segera dibenahi.

"Nah itu lagi mbak...kok rumah saya malah makin rusak?, HANDLE-nya patah di Pintu belakang dan pintu kamar belakang. saya kecewa karena..bla..bla..

"Eits...Sebentar Mbak...". Tiba-tiba aku tersengat mendengar Handle patah...Rumah itu sengaja kubiarkan tidak disentuh tukang sejak serah terima seminggu yang lalu. Rasanya terlalu sepele keluhan konsumen yang satu ini. Teleponnya ini memang kutunggu untuk melihat si empunya rumah memang menganggap kondisi yang disebutkannya memang hal yang serius untuk ditangani. Ternyata....iya...

"Maaf mbak.." lanjutku
"Kemarin waktu kita nge-cek sama-sama, itu handle kan dalam keadaan baik, kok jadi patah?"

"Mana saya tau...saya lihat kemarin patah".sahutnya jadi lebih ketus

"O gitu ya...kalau begitu saya akan pertikan dilapangan".jawabku masih bertahan dengan sabar

Masih juga itu konsumen ngomel tentang kekecewaannya. Kalau sudah begini, aku diam saja. Emosi sebenarnya, tapi ditahankan lah. Sampai konsumen itu kehabisan omelan, terdiam menunggu responku, baru ku jawab. " Ok Mbak, saya usahakan di perbaiki semaksimalnya. klik.

***

Besoknya, setelah membujuk Mandor tukang dilapangan, kami pun bersama mengecek rumah itu. Mandor ini, mesti dibujuk karena dia telah cukup sebal dengan keluhan konsumen yang satu ini. Menurutnya, keluhannya terlalu dilebih-lebihkan. Aku cuma mengiyakan saja, yang penting, itu Mandor mengecek bersama.

Langsung mengecek handle pintu yang patah. Dan hasilnya TIDAK ADA. Nyaris gak percaya, ku test berkali-kali memutar handle pintu itu. Kondisinya sangat baik sekali. Kami pun mencari pintu lainnya. Tak ada yang patah. Sehat wal'afiat. Khawatir ada salah paham kuteleponlah si empunya rumah.

"Mbak, saya lagi ngecek nih..gak ada tuh...handle yang patah, maksud mbak, yang rusak dimana ya??"

"Ooh...gak rusak ya...kemarin yang ngecek suami saya, itu mbak..bukan handle pintu, tapi engsel...engsel ya namanya itu??.

Heiii???....bukan handle tapi engsel?, gak bisa bedain ternyata orang ini.

"Engsel itu mbak, Penghubung daun pintu dengan kusen". Terpaksa kukeluarkan bakat jadi dosenku yang terkubur.

"eh..iya..maksudnya yang itu."

"lha itu gak ada yang patah"

"Oh..bukan patah mbak, ada retak di engselnya, jadi pintunya membukanya gak bagus"

"Sebentar saya cek dulu". Handphone tetap terhubung, dan mulailah memperhatikan engsel pintu yang dengan apik menyangga daun di bagian pinggirannya.

"Hmm...gak ada yang retak mbak, baik-baik saja...pintunya pun terbuka tutup dengan baik, atau maksudnya yang lain ya??, saya gak ada melihat kerusakan serius disini".

"waduh saya tanya suami saya dulu mbak, soalnya dia yang ngecek kemarin, dan sama orang bangunan juga".

"so what?!" Omelku dalam hati...dari patah jadi retak, itu terlalu hiperbolis lah. Terlalu melebih-lebihkan. Jadi malu sama mandor yang dari awal ngomel-ngomel nolak menjenguk rumah ini. Tapi dengan berusaha sabar kujawab juga...
"Ok deh mbak saya tunggu".

Handpond ku matikan. Gusar. Nih konsumen bikin merasa bersalah karena tidak bekerja dengan baik, tapi ternyata keluhannya keterlaluan deh...Tapi kocoba perhatikan lagi engsel itu. Apa sebenarnya penyebab si konsumen ini mengeluh.Kudekatkan mata lebih dekat lagi. Hmm...ada garis memang di engsel itu. Mungkin garis ini yang dibilangnya retak. Kesentuh garis itu..terus sesuatu mengelupas dari garis itu....Hmm...ternyata yang mengelupas adalah cat yang menyelimuti engsel. Saat memaku, cat tersebut tidak memiliki daya se-elastis besi engsel, jadi, menimbulkan garis pertanda cat tersebut tidak melekat dengan engsel besi tersebut. Kondisi ini wajar, karena alat yang digunakan palu.Lagi pula cat engsel tidak ada hubungan sama sekali dengan kemampuan engsel membuka tutup pintu *orang bodoh pun tau ini*
Oalaah...keterlaluan banget konsumen ini.

Cat engsel yang retak, dilaporkan handle yang patah.

Aku dan mandor pun tertawa geli. Belum lagi kalau mengingat, konsumen yang satu ini punya latar belakang sarjana ilmu bangunan. Capee dee...

***

Coba jawab teman, harus kuapain konsumen seperti ini???.

No comments: