Friday, January 01, 2010

Jangan Mau ber- MLM


MUI Jatim: MLM Haram!

Akhirnya ada juga institusi yang se-ide denganku. Ide yang sekian lama meresahkanku tapi belum sampai pada moment dimana aku harus mencetuskan dimana sebenarnya posisiku. Bukan karena kau plin-plan atau takut menunjukkan pemikiranku. Aku hanya belum menemukan moment yang tepat. Awalnya kupikir aku sendiri yang aneh, diantara teman-temanku yang begitu banyak terlibat dengan bisnis bernama MLM (Multi Level Marketing) . Ternyata tidak perlu takut menjadi aneh. Karena kian hari aku merasakan dengan sejelas-jelasnya MLM hanya menawarkan Ilusi.

Ibarat kisah petani yang mengecoh keledai pengangkut barangnya dengan sepotong wortel. Itulah simbol yang tepat untuk pekerja MLM. Maaf, kalau ada yang tersinggung. Kujelaskan selogis yang kumampu kenapa gambaran ini tepat untuk pekerja MLM.

Begini,
Apapun namanya usaha, pemilik keuntungan terbesarnya adalah pemodal utama. Dalam hal MLM, tentulah si perusahaan MLM itu sendiri. Pekerja MLM adalah ujung tombak yang menentukan keuntungan yang di raup oleh perusahaan. Pertanyaanya, sesuaikah hasil jerih payah yang didapatkan oleh pekerja MLM?.

Pada kenyataannya Pekerja MLM sangat tidak terlindungi jika di tinjau dari hak yang harus didapatkan oleh seorang buruh. Kenapa?. Paling utama, adalah karena Pekerja MLM Tidak memiliki asuransi kesehatan. Kerja MLM itu mobilitasnya tinggi. Kecelakaan atau Sakit bisa saja terjadi. Namun menjadi pekerja MLM, semua di nilai dari point. Pekerja di hitung dengan point, dan tidak memikirkan kalau pekerja ini manusia, yang bisa saja sakit, butuh waktu istirahat, dan saat tua nanti tak sanggup lagi bekerja. Disinilah keuntungan perusahaan MLM, karena tidak perlu memikirkan biaya kesehatan, tunjangan sana sini untuk orang yang telah bekerja untuk mereka.Tidak perlu memikirkan pesangon apalagi pensiun pekerjanya. Triknya hanya mengiming-imingi bonus (pada gambar diatas= wortel ), yang jika dikumpulkan akan cukup untuk ongkang-ongkang kaki secepat mungkin, atau dengan istilah umum, pensiun muda. Untuk generasi instant yang dihasilkan oleh pendidikan negeri ini, iming-iming perusahaan MLM, memang ampuh menelan korban sebanyak-banyaknya. Hebatnya, MLM membuat sistem pendidikan tersendiri yang selalu menjaga motivasi para keledai agar terus mengejar wartel yang ditawarkan perusahaan MLM, dan menularkannya seluas mungkin.

Memang sih, segelintir dari pekerja MLM ini meraup untung, kaya mendadak, ataupun pensiun muda seperti yang di cita-citakannya ketika masuk MLM. Tapi pribadi mereka itu....terbentuk umumnya begini:
1. Menilai hubungan sosial menjadi begitu rendah. Pertemanan adalah pasar. Mereka sangat agresif merayu, dan melakukan sesuatu karena PAMRIH.
2. Diantara deretan orang-orang kaya MLM, tak nampak peran sosialnya di masyarakat. Wajar, karena mereka sangat egois dalam melakukan kegiatan sosial. Kelompok sosial adalah lahan meraup keuntungan ekonomis, bukan sebaliknya.

Itu dari sudut pekerja MLMnya.

Dari produknya,
Produk sebenarnya dari MLM adalah sistem. Bukan barang dagangannya. Seperti kapitalis lainnya, produsen pastilah menginginkan produknya laris manis tak tersisa. Nah..MLM adalah kapitalis yang membuat konsumen terpaksa harus membeli produknya terus menerus. Konsumen pertamanya adalah Pekerja MLM. Istilah "terpaksa" ini, di sulap dengan sistem (bonus point ataupun apapun iming-iming yang di tawarkan) yang didesain Perusahaan MLM, sehingga konsumennya tidak merasa terpaksa membeli produknya.
Ya...lagi..lagi untuk mempermudahnya memahaminya, kuanalogikan sama dengan candu, rokok, ganja, dan apapun benda yang membuat ketagihan. Meski produknya mahal, tetap harus di beli. Dengan membangun sistem yang memaksa ini, perusahaan MLM, tahu pasti berapa jumlah produk yang harus dikeluarkannya.

Lain hal lagi, dengan produk yang memang tak sesuai dengan standar untuk dikonsumsi. Terutama untuk produk yang berkedok suplement. Persoalan suplement ini kalau di kaji sebenarnya amat tak bertanggung jawab. Biasanya bujuk rayu pada konsumen, bukan sebagai suplemen tapi OBAT. Taktik hebat betul untuk MENIPU!. Dengan menjual dengan nama Suplement, maka tak perlu bertanggung jawab jika suplement tersebut ternyata tidak mampu mengobati. Tak perlu mendaftarkannya dalam daftar obat yang diijinkan beredar. Kalau si pasien sembuh, tentulah karena partisipasi si Suplemen. Kalau si pasien malah Ko'it(tewas), tentu kesalahan obat yang di gunakan si pasien. Strategi pasar yang tentu merugikan pelanggan. Harusnya Dinas Kesehatan memikirkan untuk melindungi masyarakat dari produk-produk kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti ini. Semua suplemen harusnya di uji khasiatnya, dan apa pengaruhnya jika di padu dengan obat-obatan.

Beberapa waktu lalu, pernah seorang pengguna suplemen, memberikan pernyataan di Media Massa, kalau produk suplement yang di konsumsi keluarganya menjadi penyebab kematian anggota keluarganya tersebut. Sontak si MLM kebakaran jenggot berkata tidak. Beberapa minggu kemudian, si konsumen tersebut membuat pernyataan maaf kepada MLM.
Pffh...di negeri dengan kacau hukum begini, pernyataan maaf itu bisa saja bukan berarti suplement itu tak mengakibatkan kematian, tapi penyataan maaf bisa berarti, si konsumen tak mau memperpanjang masalah. Namun masalah sesungguhnya bukakanh tetap saja tak selesai?. Selain konsumen tersebut, banyak korban yang mungkin juga mengalami nasib yang sama.

Tentu saja tak semua produk MLM, seperti kasus diatas. Ku akui, ada banyak produk yang bagus juga untuk di konsumsi. Silahkan pakai produknya tanpa harus jadi pekerja MLM nya.

Karena produk sebenarnya yang berbahaya dari MLM ini, bukanlah pada produk yang kita konsumsi itu tetapi...sistem yang menjerat pekerja MLM . Belakangan kutemui, Pekerja MLM ini adalah pejabat atau istri pejabat yang memanfaatkan jabatannya untuk memasarkan produk MLM. Atau nama pejabat tertentu di catut untuk kepentingan perekrutan pekerja MLM.

Sekali lagi, Karena Yang berbahaya adalah produk sistem yang di tawarkan pada pekerja MLMnya itu. Dan untuk itu, aku setuju dengan MUI.
Bahkan akan lebih baik lagi jika di atur dalam regulasi yang lebih mengikat seperti UU. Perusahaan MLM, seperti juga perusahaan jenis lainnya harus bertanggung jawab pada kesejahteraan pekerjanya dan konsumennya. Jika tidak, Haramkan MLM!.






2 comments:

blogger pinrang said...

Setuju karena mlm banyak yang hanya menjual mimpi

Anonymous said...

ustadz yusuf mansur MLM kok,,,,,saya tidak seuju dg ini,MLM tidak menjual mimpi tapi menjadikan mimpi sebagai motivasi,org yang takut berMLM adalah orang yang takut bermimpi tinggi,,,,,
MLM memang bukan jaminan,tetapi saya menjadikannya sebuah wadah untuk belajar,dan kami diasuransikan oleh perusahaan, jika benar MLM itu jelek berikan saya satu referensi buku yg mengatakan bahwa MLM itu jelek.
terima kasih :)