Wednesday, March 18, 2009

from Pest to Buda

From Pest to Budha

Jam 10 malam di kota Budhapest, Hungaria.
Dingin nya minta ampun untuk orang Indonesia yang baru pertama kali ke eropa. Budapest bulan maret, masih masa peralihan musim dingin ke musim semi. Tiga bule di depan ku cepat sekali jalannya. Kesal. Padahal tinggi kami tak jauh berbeda, seharusnya langkahku sama panjang dengan mereka. Sekali kali Tiko, cewek dari georgia itu berkata,

are you ok Peranita?.

ya Ok lah, gerutu ku...meski....

sumpah kaki ku yang beku di paksa jalan cepat, ya sakit laah. Terakhir aku merasa kaki beku dan sakit begini ketika mendaki sampai puncak Sinabung.

Berempat, kami menuju halte kereta api listrik (trem). Dari kota Pest, mencoba kembali ke kota Buda yang terletak di seberang sungai danube yang elok. Tadinya kami sampai di kota Pest, di tolong seorang Ibu yang baik hati. Dia datangi kami yang norak menunjuk nunjuk panduan membeli tiket Trem. Di jelaskannya kami butuh koin senilai 250 F (1 euro = 350 F) untuk mendapatkan tiket menuju kota Pest, dimana tempat berbelanja bertebaran. Butuh 4 koin yang dimasukkan.yaitu koin 50 F, 20 F dan 10 F. iiihh ribet amat soal koin ini. Berempat kami kumpulkan koin, cuma dapat 800 F dan tak cukuplah buat kami berempat bisa naik trem. Lama hitung hitung, eh si Ibu malah bilang, udah naik aja sama Ibu, gak apa apa.

Waw..thank you very much....dan kami naik trem dengan GRATIS!.

Sampai di Pest, kami bukan nya belanja, tapi Razzel kebelet pipis. Tak ada tanda toilet, yang ada hanya tulisan WC ketika kami melewati stasiun kereta api tua. ehhh...tapi saat Razel mengikuti arah tulisan itu, yang ada cuma tembok. Tiko, si cewek georgia tertawa ngekeh...udah, pipis di tembok itu Razel. hehehe...kecian deh Razel. Razzel jadi kikuk sendiri, di ketawa'in tiga cewek cantik.

Ternyata Razel lebih milih nahan pipis dari pada menyapa tembok. Kami pun setengah berlari mencari toilet di Mall...sulit mencarinya. Semua bahasa hungari. Tak satu pun kami mengerti. Kembali muncul tulisan WC. Cuma itu harapan Razel.
Untunglah WC di Mall itu bukan cuma tembok doang. Razel pun akhirnya bisa tersenyum lega.

Selesai 'panggilan alam' itu, toko sudah pada tutup. yeaahhh...alangkah kah huebat kami berempat. Menyeberang sungai danuba hanya untuk PIPIS!.

Tentulah berjalan kaki pulang bukan pilihan. Hmm..pulangnya kita coba lagi naik trem. Kali ini kita jadi turis yang nakal ha..ha..ha.. kata si Tiko.

Are you sure tiko?.

Dan sampai halte trem, pintu terbuka. Razel masuk nyelonong aja, Gerda si cewek dari Lutvia menyusul, lalu Tiko dan aku manut aja masuk.
Muka tiko yang selalu mendelik semakin mendelik di dalam trem. Mendekat, aku hendak bertanya. Belum sempat bertanya, wajah takut Tiko melirik 2 pria berseragam. Upsss...spontan kami bergerak keluar sebelum pintu tertutup. Dari luar, aku sempat melihat, dua laki laki berseragam itu berbisik bisik sambil melihat kearah kami. uuh malu nya, ketauan gak bayar tiket.

Ehhh...si Razel, tiba-tiba malah manggil untuk masuk ke dalam.
Serba salah kami masuk aja. Deg degan dalam hati. Apakah dua orang yang berseragam itu tak curiga kalau kami tak punya tiket?. Rasanya tak mungkin karena kami sangat menyolok terlihat keluar trem, balik kanan,setelah melihat mereka berdua. Hmm... kalau begitu apa yang di katakan Razel pada dua orang itu?.
Pfff.. sampai juga kami ke kota Budha tanpa di gertak petugas tiket.

Dan yang pertama kami lakukan adalah mengiterogasi Razel (:D, heheh ceritanya, sok jadi polisi)

what did you tell them Razel?

Hmm..tak ada ( eits ..ini terjemahanku, aslinya dia berbahasa inggris dengan aksen georgianya).

Tak ada, mereka (dua petugas itu) hanya bertanya, kalian tidak punya tiket? dan aku jawab ya. tapi mereka malah bilang It's OK, com'in, com'in.

kami bertiga terbengong sejenak, dan bersorak wawww....
Orang Hungaria ini buaik buaik sangat ternyata yaaa...

Razel dengan riang berkata,
besok dan besoknya lagi, kita naik trem aja dan gratis heheheheheh

Ok...mantap, pikirku. Sekarang aku kembali ke masalah utama ku. Aku semakin lebih lambat berjalan dari pada ke tiga bule itu. Aku merasakan sakit di kaki. Sementara dari halte trem kami masih harus berjalan satu kilo lagi ke Youth Center Budapest. Jalannya mendaki pula. hikss..hikss.. kali ini aku giliran menjadi bahan ledekan para bule itu.

What are you laughing at? sahut ku ngambek.

eh, mereka malah tertawa.
tapi kemudian, Razel dan Tiko datang menggandeng lengan kiri dan kanan ku.
yeahh..that's a friendship!


The Journey at Budapest,
11th march 2009

No comments: