Friday, June 06, 2008
Keyakinan, Agama dan Negara.
Percakapan malam itu di akhiri sepihak dengan kesal. Hp kututup tanpa salam seperti biasanya. Kesal, tapi tepatnya malas saja menanggapi pemaksaan pendapat yang entah kenapa sejak wacana itu tersebut kudapat di berbagai diskusi, aku tak pernah bisa memahaminya.
Persoalan keyakinan adalah persoalan individu dengan Zat di percayanya. Tak kan ada yang bisa mengukur sampai dimana keyakinan seseorang. Pun tak ada yang bisa memaksakan keyakinan kepada seseorang. Kau boleh memaksa, kau boleh melihat ku mengangguk setuju. Tapi aku tetap punya pemikiran sendiri. Sekuat apapun kau memaksaku, menindasku, kau tidak akan pernah tahu, sejauh apa keyakinanku itu berubah sesuai kehendakmu.
Aneh...kenapa harus memaksakan keyakinan kepada orang lain?
Lalu entah kenapa persoalan keyakinan masuk ke dalam wilayah Negara. Indonesia, tiba-tiba mengelompokkan 4 agama yang yang harus di anut bangsanya. Menafikkan berbagai agama dan kepercayaan yang ada sebelum proklamasi terdengar di seantero dunia.
Hanya karena penganut keyakinan dan agama lainnya tidak duduk berunding menentukan agama yang berlaku di negara ini, maka haruskah keyakinannya dipaksa untuk berubah?
Bisakah Negara merubah keyakinan yang ada sebelumnya?.
Bisa, tapi dalam bentuk selembar kartu bernama KTP.
Itupun hanya sebagian. Masih ada yang sembah pohon, sembah batu dll. Adakah Negara terusik?. Tidak!. Kenapa?
karena tidak memaksakan keyakinannya kepada orang lain. Sepanjang itu tidak di lakukan, Negara tidak bisa mendeteksi ada yang tidak aman di negaranya.
Nah...Sekarang Negara sedang dipaksa untuk menghakimi Ahmadiyah. Kemungkinan ada 2. Salah satunya Ahmadiyah bubar. pertanyaannya, bubarkah keyakinan penganutnya?. belum tentu.
Lalu tentang Ahmadiyah yang melecehkan Islam. Kenapa harus resah?. Islam begitu banyak aliran & kelompok, dan ahmadiyah hanya salah satunya. lainnya ada NU, ada Muhammadiyah. Berapa aliran lagi yang akan bernasib seperti ahmadiyah?. Di fatwakan sesat. Lalu pihak yang merasa terganggu akan mengadilinya. Kenapa merasa tergaggu hai.. penganut Islam yang merasa benar?. Takut agama mu ternoda? Siapa sebenarnya yang menodai sebuah agama?. Agama lainkah?. aliran lainkah? atau dirimu sendiri?.
Sungguh sombong jika kau merasa bisa membersihkan, memurnikan agama Islam di bumi ini.
Lagi pula kenapa begitu khawatir akan rusaknya kebenaran agamamu karena keberadaan ahmadiyah, padahal kau yakin agamamu itu benar dan sempurna?.
Biarlah sang Pencipta Agama itu yang menujukkan kesempurnaan agama yang diturunkannya. Kau cukup mencari mana yang mampu kau pahami. Biarlah Ahmadiyah, dan aliran sesat lainnya menjadi bulan, matahari dan gunung, yang mengantarmu seperti Nabi Ibrahin AS. menemukan ajaran Allah yang sesungguhnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
9 comments:
Faham kenabian pasca Muhammad saw, yang dianut oleh Ahmadiyah, boleh saja diperdebatkan atau tidak disetujui. Tetapi perdebatan itu terlalu jauh dari yang utama, karena yang paling mendasar dalam keberimanan adalah pengakuan tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai Rasulullah. Ahmadiyah bukan saja tidak lari dari prinsip tersebut, tetapi banyak beramal untuk membina ketauhidan itu.
Amal shaleh Ahmadiyah telah terbukti banyak memperluas pengaruh Islam di daratan Eropa. Sehingga suara adzan telah menembus masyarakat yang terkenal sekuler dan modern. Tidak terhitung berapa banyak orang-orang yang berkehidupan sekuler dan modern di barat yang terpanggil masuk Islam. Masjid-masjid didirikan di sejumlah kota, dan buku-buku tuntunan Islam pun disebar dalam berbagai bahasa. Dan mereka yang masuk Islam berkat dakwah Ahmadiyah bukanlah Muslim yang bersaksi Mirza sebagai rasulullah menggantikan Muhammad, melainkan mereka yang bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai Rasulullah. Bukankah itu suatu amal shaleh yang memang melekat dengan keberimanannya?
Marilah kita jujur dalam menilai Ahmadiyah. Terhadap sesuatu yang berbeda atau menganggap “sesat” sekalipun sejauh disertai dengan alasan yang bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, silahkan. Namun tidak tepat, kalau ketidaksukaan atau ketidaksesuai paham, kemudian menutup kebaikan yang telah dilakukan oleh Ahmadiyah. Tuhan mengingatkan: Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. ( Al Maidah/5: 8).
Klaim kenabian atas Mirza Ghulam Ahmad boleh diperdebatkan. tetapi bisakah dijelaskan bahwa Mirza terbukti hendak menggelincirkan iman para pengikutnya, atau membelokkan persaksian atas diri Muhammad sebagai Rasul, atau membelokkan pengikutnya untuk lari dari al Qur’an, misalnya.
Menyedihkan memang, sementara para penganut aliran Ahmadiyah, dan juga aliran lainnya dalam Islam, mereka itu bisa hidup bebas di negara non Muslim, terutama di negara-negara Eropa, tetapi justru tidak aman hidup di negara Muslim. Kenapa negara-negara non Muslim lebih toleran, dan menghargai hak kebebasannya untuk mengespkresikan agamanya. Padahal pemberian hak pula yang sejak awal diajarkan oleh Allah, seperti tersirat dari firman-Nya:
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan… …“ (Q.S. al-Maidah/5: 48):
Perbedaan paham, tampaknya atas kehendak-Nya, dan kalau itu sudah kehendak Allah, maka adanya umat yang bergolong-golong itu adalah sebuah keniscayaan. Dan bukan untuk berhujatan satu sama lain. Sepanjang antara golongan itu terjadi perlombaan untuk berbuat kebajikan, sepanjang itu pula absyahlah perbedaan itu.
Thanks buat apresiasinya..
aku gak tau banyak sepak terjang ahmadiyah...taunya malah dari mu :D
ehm...
heran nih..Islam di Indonesia sekarang ini kok cenderung mengajak ke arah kekerasan ya..
ku nunggu fatwa MUI soal ini....
manusia sekarang semakin liberal. Ummat Islam juga begitu. Buat menjembatani ketakutahn akan kesempitan hidup, perlahan (entah juga tanpa sadar rada fly) qalbu ummat bergeser dengan meninggalkan kaidah2 asal menjadi penikmat kaidah Barat. Hehe maaf klo opini ini tak bisa didukung dengan Al-Maidah ya. Anggap aja mimbar bebas. Nah, untuk bisa tetap hidup, ummat yang nyata juga kudu memperkerdilkan diri guna mencapai kelompok super. Salah satu caranya ya berperang diragamu atau setidaknya dihatimu. Biar menjadi hidup rasa permusuhan buat menjadi alasan timbulnya butuh peperangan apapun. Bagi lelaki, perang itu menjadi wahana buat memperkecil angka yang hidup (mulut yang kudu disuapi, dan hasrat yang kudu terpuaskan) dan meraih kesempatan dan aktifasi banyak macam yang kudu. Maaf, wanita gak masuk hitungan ya, karena menjadi salah satu komoditi yang pantas dan perlu buat diperebutkan.
Sejarah ternyata memang berulang, asal jangan kaget aja klo ternyata pelan2 ummat lagi terjerumus ke pemikiran pra sejarah. Nah ayo siap2 ngasah pedang apapun yang ada. Biar keren kita manfaatkan wahana lasykar yang lagi ngetren bisa memaksakan kehendak apapun. Gimana, setuju? Para lelaki harap jangan pada salah pilih ya. Hehe. Huh, kayaknya abah lagi delirium deh. Tapi masa sih kudu diam aja?
Tahun 1952 abah mengawali SR di SRN Manislor, Jalaksana, Kuningan. Yang ternyata masjidnya menjadi salah satu benteng Ahmadiyah di Kuningan. Diumur 7 tahun itu, kayaknya masjid biasa aja deh. Kegiatannya sama seperti yang di Lingarjati atau di masjid agung Kuningan atau masjid di Jakarta manapun. Abah mah inget wae, klo pas manjing bulan puasa selalu ditabuh dulag seharian. Klo memasuki malam lilikuran, selalu deh terhidang segala makanan desa seperti buras, papais buat berbuka bersama. Malahan klo lagi Muludan masjid Lingarjati dihias dengan lampu gas segala yang tentunya membuat masjid menjadi benderang. Ditabuh genjring lagi. Hanya saja ada aturan main yang gak kufahami, Orang Manis Kaler masjidnya kudu ke Manislor, orang Manis Kidul masjidnya kudu ke Manis Kidul. Gak boleh nyampur. Gak tau juga tuh yang di Manis Kulon dan Manis Wetan. Kecuali di 1960an, umbul Manis Kulon perbatasan sawahnya dipagari dengan pohon dan kalau malam para lelaki berpagar betis. Katanya buat menghalangi serbuan gerombolan DI/TII. Baru dah di 1965 sadar klo para pemuda umbul Manislor menjadi penganut Islam Ahmadiyah. Terbukti tetanggaku Sartam setelah dilantik menjadi pengikut Ahamdiyah namanya menjadi Rastam Achmadi. Klo aku sih gak ikut2an karena keburu hijrah ke Jakarta. Tapi smp awal 1990 kehidupan sosial di Manis kayaknya biasa2 aja tuh. Baru deh setelah itu suka terdengar ribut2 antar kaum. Dan diawal tahun ini baru aja masjid Ahmadiyah ditimpukin dan pelakunya dari kalangan ahlusunah wal jamaah kudu madep sidang di Pengadilan Negeri Kuningan. Gituh lho.
KAMUS CILIK
manjing = masuk
dulag = bedug
buras = lontong
papais = kuwe beras pepes
genjring = rebana
umbul = kampung
madep sidang = terdakwa
Napa gak ngaji aja bagus-bagus ya...
sholat aja baik-baik.
gak habis pikir deh..ma orang-orang yang suka ngerusak gitu...
dalam buku kita omong kosong di sindir tuh..
bagaimana mungkin sebuah kebenaran disampaikan dengan kekerasan
weleh..weleh..fundamentalis.
Abah..back again ya?
wah dah sehat bugar sepertinya.
:D
Ingat gak horor film Fitna? Selintas kelihatannya sindirannya tentang kekerasan ummat Islam memang iya ya. Padahal sejak dulu mereka mengira Islam dikembangkan dengan kibasan pedang sampai ke Alhambra tuh. Jadi ingat lagu anak Betawi dimainkan kala terang bulan. "Kecil2 kunyit dipatahin merah, kecil2 genit dikatain marah." Moga aja kekerasan ummat kita cuma sekedar kunyit yah. Sekedar lagi mencari jati diri.
Alhamdulillah. Apa yang abah gak peroleh di GR ingin ditemukan lagi di PR. Kuat2in ati aja. Gituh lho.
kak,koreksi sedikit, emang oot sih, setau abu, agama di Indo ada 6, bukan 4 a.l Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu, Kong Hu Cu (karena ada Perhimpunan Keagamaannya, MUI,PGI,KWI,PHDI,WALUBI dan MATAKIN)plus kepercayaan/Keyakinan Lainnya such as PARMALIM (aku taunya ni populer di daerah kita kak). itu aja info dari abu, sorry, nggak bermaksud menggurui.
thanks..Abu yang baik lagi unik...(naris?)hehehe
glad to see u here
Post a Comment