Saturday, March 22, 2008

Satu malam di Maliboro bersama aktivis-aktivis anak

Masih cerita Yogya....
Aku ditugasin ngawal para perumus modul refreshing ke sekaten dan maliboro...
Malam itu seperti biasa, Yogya di guyur hujan gerimis tapi teman-teman malah milih naik becak ke sekaten. Karena pilihan mayoritas, aku pun manut saja.
Perlu 3 becak mengangkut kami berlima, per becaknya Rp 15.000,-. tak jauh beda jika kami naik taxi, dan tak perlu berbasah-basah naik becak yang juga lamban.
Gusar.
kutanya Mbak Shoim kenapa harus naik becak.
well...jawabannya itu bikin ku geleng-geleng


" begini lo Pera, Kalau kita naik Becak kita membantu ekonomi kaum miskin. Tukang becak ini lapisan bawah masyarakat kita, dan wilayah mata pencahariannya semakin tergusur dengan taxi dan dokar".

Aku ngangguk-ngangguk aja. dalam hati berkata, benar juga sih..tapi klo berbasah ria begini, kan gak enak juga ya?
Memang raut wajah Tukang becak itu berseri sekali saat kubayarkan upah mereka. Seolah dapat rejeki nomplok begitu.
" Matur nuwun Mbak".
ah..beda rasanya dengan membayar taxi...


Pulangnya, kami Naik Dokar. Alasannya pengen nyobain kenderaan tradisional. Jepret sana sini, kami pulang. Mas Tonthowi minta jalur yang memutar menuju hotel. dia bilang:
" Biar jauh dikit dari jalan tukang becak tadi Pera".

Ck..ck..ck. begini ternyata jalan pikir aktifis, sepanjang jalan cerita soal rakyat. Hal-hal sepele yang ternyata penting.









1 comment:

No longer valid said...

Betulnya sih naik becak di Yogya apalagi sembari ujan2an, namanya ngalap berkah tuh non. Suwer deh.