Friday, April 27, 2007

PENGUMUMAN : Sorga dibubarkan!





Pernah takut mati?
Aku tidak lagi takut mati. Kenapa? Karena aku sudah mantap untuk pindah dunia ke akhirat. Sekoper pahala sudah kukumpulkan. Koper dosa juga sudah. Yah…mana ada manusia yang luput dari dosa. Makanya sudah kuperhitungkan dosaku harus lebih sedikit dari pahala. Harus!

Sakit saat kematian?. Banyak ulama bilang emang sakit. Konon seperti kambing dikuliti hidup-hidup. Hiiii….

Tapi…Huh, ada ada saja.
Aku gak percaya, kupikir mereka cuma mereka-reka saja. Mentang-mentang saat ajal mendekat mereka melihat wajah perih dan sakit yang terpancar, sok dah merasa pernah mengalami mati.
Bisa saja mereka merasa nikmat! Siapa yang tahu?!.
Bahkan saat Nabi mendeskirpsikan bagaimana mati dia juga belum melaluinya. Andaipun sudah melalui kematian tentu bisa masuk acara penampakan di Lativi dong he..he.

Ok…kembali ke rasa sakit.

Ku pertegas kembali, bisa saja mereka yang sedang menjalani proses kematian justru merasa nikmat yang amat sangat!.
Hanya saja cara komunikasi disaat itu yang cuma dari wajah merintih n meringis itu…
Mmm.. mungkin seperti seorang istri yang sedang “fly” bersama suaminya. Kan nikmat?!

The point is… saat kematian itu ghaib.
Dan yang ghaib gak akan bisa dipahami oleh akal manusia. Maka gak usah ngawur, pusing, atau mencak-mencak mempertahankan pendapat soal proses kematian. Karena yang bisa jelasin cuma Allah dan orang yang sudah pernah mati!

Nah.. aku sudah menenteng dua koperku yang akan ditimbang di yaumil mashar. Ketika masih bernafas di dunia, aku dah hitung berapa besar pahala dan dosa ku. Bahkan ku upah seorang programer lulusan terbaik dan pengalaman kerja segudang yang sudah kukursuskan di pesantren kolbu selama 7 tahun 7 purnama. Tugas utamanya untuk membuat program perhitungan yang tepat, detail dan rinci seberapa besar dosa dan pahalaku. Untuk memastikan aman, setiap malam jum’at, apalagi bulan Ramadhan sudah kusiapkan akuntan untuk memastikan aku tidak kecolongan. Dengan begitu aku bisa mengejar ketinggalanku.

Hasilnya…?!

Mantaaflah!.
Selain aku lebih tenang dengan kas pahalaku, masalah duniawiku pun aman.
Bayangkan saja, banyak uang yang kuhasilkan sejak programer dan akuntanku kudaulat menjadi programer dan akuntan kolbu. Banyak produk yang terjual dari ide ini, baik program komputernya, juga metode akuntansinya.
Banyak berdiri jasa-jasa konsultan penghitung pahala dan dosa_sst..pasarnya kebanyakan anggota DPR, apalagi dari partai Islam…tapi mereka selalu minta identitas dirahasiakan lo.
Banyak buku-buku terjual untuk membahas tuntas..tas perhitungan ini.
Bahkan… sekolah kudirikan untuk melahirkan akuntan dan programer qolbu ini menjadi sekolah dambaan selain kampus kampus tingkat internasional di negaraku.
Begitulah agama, setuju ato tidak, agama memang sangat laris untuk di dagangkan. Sayangnya, jebolan sekolah tinggi agama kebanyakan harus siap hidup miskin, menengadah tangan tiap khutbah jum’at. Mungkin karena tidak ada mata kuliah kewirausahaan di bangku kuliahnya.

Oke..
Sampai disini dulu kisah hidup diduniaku. Aku mau menukarkan koper pahalaku dengan tiket ke surga.
Kuhampiri dua mahluk yang menatapku aneh…
salah satunya seperti bicara tapi aku tak mengerti dan satunya menerjemahkan. Mungkin satunya pakai bahasa Tuhan sehingga aku harus diterjemahin dengan bahasa manusia. Pikirku, tentusaja bahasa Tuhan tak pantas dipakai oleh manusia hina dina ini.

Ehm…Mmm..Maaf lho Mbak… tiket ke Surganya udah habis. Ujar si mahluk dengan ekspresi yang sulit kuungkapkan…maklumlah, kan mahluk ghaib.

Nah.. lho kok bisa?!!!!!!!!!!!….teriakku nyaris menjerit.
Suer sambar gledek_ kalau di dunia aku di terjemahkan dengan: aku bingung setengah mati…

Begini Mbak… karena manusia terjebak berfikir surga dan akhirat melulu, maka surga ditutup untuk sementara untuk di reformasi.
Yah.. seperti kampus di IPDN lah, kalau di dunia Mbak.
Perlu di rombak total!.
Kalau bisa di bubarkan!.
Karena didunia jadi tidak ada yang ikhlas. Semua hal dilaksanakan dengan pamrih pahala. Tentu saja hasilnya gak baik untuk kemaslahatan umat dan agama.

Haahhh!..aku hampir pingsan_seandainya masih hidup, tapi karena aku masih ada kebingungan, dan aku selesaikan rasa ingin tahuku.

Trus..trus aku harus kemana donk?!

Mm.. lebih baik Mbak kembali ke dunia saja.
Coba dirikan sorga di dunia. Pasti bisa Mbak… Sudah ada garansi dari Tuhan kalau sorga dunia itu terwujud. Asal Mbak cari tahu jalannya. Pasti bisa!.

Gubraxks…klo aku masih bernafas, mungkin sama dengan pingsan.

………………

kometar di milis penulis lepas:

Posted by: "Aris Hendrawan" Aris.Hendrawan@feminagroup.com
Wed Apr 25, 2007 11:25 pm (PST)
aloh Mba rani/nita,saya sependapat dengan mas aa gunawan, cerpennya lebih menggambarkan"pemaksaan" ideologi mba rani/nita.tapi untuk sebuah ide dan penulisannya, saya salut banget (pengen dongbisa kayak kamu).saya juga mau berlogika;sepertinya mba ini orang yang sangat paham dengan nilai2 agama. hal initerlihat dari pemaparan tentang kehidupan di dunia yang harus dipenuhidengan ibadah agar bisa berbahagia di akhirat kelak.namun, menjadi ironis sekali (sebagai orang yang ngerti agama), ketika mbarani/nita meragukan pendapat Nabi dan ulama dalam menggambarkan sakitnyasaat sakaratul maut dengan mengatakan hanya Alloh dan orang yang sudahmerasakan mati! bahkan melecehkan dengan mengangkat acara kurafat salahsatu stasiun televisi.bukankah Alloh sendiri banyak menyebut perihal sakaratul maut di dalamAl-Qur'an? Bukankah Baginda Nabi adalah manusia yang mudah melihat keadaanumatnya, baik ketika hidup, saat mau mati, bahkan ketika sudah di akhirat?Setali tiga uang dengan ulama yang nota bene pewaris para anbiya.Jadi banyak referensi yang bisa kita gunakan dalam menggambarkan keadaansakaratul maut, bukan hanya rasa nikmat saat mati yang mba tekankan.saya berpendapat, kalau mba memposisikan pelaku sebagai pecandu narkoba,penganut seks bebas, atau orang yang sama sekali tidak pernah mengenalTuhan sedikit pun, saya rasa tema cerpen mba bisa masuk (iya ngga sih?)hal ini untuk mendapatkan ending yang bisa menyadarkan si "penikmat" surgadunia, katanya sih!terus mengenai ibadah dengan pamrih. bukankah Alloh banyak menyuratkandalam kitab sucinya, bahwa orang2 yang taat dalam jalan-Nya, akanmendapatkan balasan berupa surga yang penuh kenikmatan dan kekal didalamnya.jadi, saya pikir sah-sah saja kalau ada orang yang beribadah dengan pamrihingin masuk surganya Alloh, karena Alloh telah membeli jiwa orang2 yangsoleh dengan surga pula.saya harap, mba rani/nita tidak sedang berpikir nyeleneh :>tuangkan lagi ide-ide Anda yang brilian, biar kami bisa belajar.salam,the king



Posted by: "teguh adminto" titto_arema@yahoo.com titto_arema
Wed Apr 25, 2007 11:27 pm (PST)
mungkin cerpen tersebut sekilas mirip orang lagi ngedongeng daripada ke cerpennye. saya rasa pembaca belum bisa masuk daan berbaur dengan dengan isinya. kita masih susah memasukinya.Aku tidak lagi takut mati. Kenapa? Karena aku sudahmantap untuk pindah dunia ke akhirat. Sekoper pahalasudah kukumpulkan. Koper dosa juga sudah. Yah…mana adamanusia yang luput dari dosa. Makanya sudahkuperhitungkan dosaku harus lebih sedikit dari pahala.ini membawa lagi kita ke alam masa kecil kita yang masih berkutat pada doktrin yang hampir setiap hari kita dengarkan. pahala dan dosa menjadi wacana kaum muslim yang "belum" mencapai taraf "kebutuhan Tuhan". sedangkan kalau saudara menginginkan npesan ini untuk oreang yang mampu berfikir secara matang, kita tidak perlu lagi mengumpulkan "pahala". jadi diarahkan saja kita ke force moral yang lebih baik. daripada memikirkan pahala. itu saja dulu.trims.jangan lupa buka www.asiabersama. com/teguh- adminto



Posted by: "fija lubis" lubis.fija@gmail.com
Thu Apr 26, 2007 12:24 am (PST)
Bismillahirrahmainr rahim,Pertama kali saya baca di kemudian.com, cerita ini sangat menyentuh saya.Kenapa tidak, mungkin bagi Aa Gunawan dan mas Aris ini sepertiideologi. tapi kenapa tidak dilihat dari inti pesan yang ingindisampaikan oleh mbak Rani.menurut saya kalau tidak salah yang ingin ditonjolkan oleh cerita iniadalah bukan masalah neraka atau surganya. tapi keikhlasan dalammelakukan sesuatu. selama ini kita beribadah hanya mengharapkan pahaladan mempekecil dosa hanya untuk jangan sampai masuk neraka. tapiapakah pernah kita melakukan ibadah dengan ikhlas hanya mengharapRidho Allah S.W.T. ketika seseorang melakukan ibadah hanya berharappahala sama halnya anak kecil yang belajar matian-matian untukmendapatkan nilai bagus semata-mata mengharapkan hadiah dari ibu&bapakketika mendapatkan nilai bagus. tapi tidak mengerti kenapa harusbelajar. bukankah belajar untuk kepentingan dirinya sendiri, masadepannya kelak.begitu juga ibadah. Allah memberikan pahala hanya untuk sebagaiperangsang supaya kita tetap melakukan ibadah agar nantinya kitamengerti untuk apa hal-hal baik itu kita lakukan. manfaat melakukanhal-hal baik adalah kita sendiri yang akan merasakan manfaatnya bukanAllah S.W.T dan bukan pencapaian neraka dan surga semata."Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukkuurusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya merekamengerti perkataanku. " (QS 20 : 25-28)Terima kasih.


"dina ristiana" Add to Address Book Add Mobile Alert
Yahoo! DomainKeys has confirmed that this message was sent by yahoo.com. Learn more
Subject: Re:cerpenku!, tolong di komentari ya.....PENGUMUMAN: Sorga di bubarkan!
To: p_rani_ta036@yahoo.com
Assalamualaikum,

Dear Rani,

maaf ya aku kasi koment. ini cerpen ato opini sih?

seteliti2nya kita menghitung pahala dan dosa, tetap tidak seteliti Alloh. apa karena sudah giat beribadah lantas bisa masuk sorga? tunggu dulu... surga punya banyak pintu begitu juga neraka.

tentang sakaratul maut. fungsi agama adalah menjelaskan sesuatu yang tidak diketahui manusia. agama berasal dari yang menghidupkan dan mematikan manusia, diwahyukan pada manusia pilihan. kalau tidak percaya pada Rosul-Nya, lalu mau percaya pada siapa lagi? siapa yang lebih tau urusan hidup mati dari pada Dia dan Rosul-Nya? mau mati dulu untuk ngebuktiin? yang ada setelah mati hanyalah penyesalan.

tentang keikhlasan. keikhlasan itu butuh proses belajar. pertama memang harus diiming2i pahala. kalao sudah merasakan nikmatnya ibadah dan menjauhi dosa, pamrih itu bisa dikesampingkan dari pikiran. jangankan tanpa pamrih, yang sudah jelas ada pamrihnya saja ogah2an ngerjain. percayalah, agama itu benar dan lurus. bersabarlah untuk tidak memikirkan kekurangan agama, karena agama memang tidak ada kurangnya. kalau tiba2 syetan membisiki anda untuk mencari2 kelemahan agama, segeralah berlindung kepada Alloh. bila anda menahan diri dari memikirkan urusan Alloh, apalagi wujud Dzat-Nya, Alloh akan memberikan hidayah-Nya dengan ilmu yang tidak anda mengerti sebelumnya. InsyaAlloh. untuk pemikiran2 seperti itu, sebaiknya tanyakan pada ahlinya, bukan dituliskan dalam bentuk cerpen dan dipublikasikan, karena anda akan menjerumuskan banyak orang kepada kekafiran, sementara Anda tidak menyadari. bujukan syetan itu ada 4 tahap. pertama ingkar kepada ulama dan fatwa2nya, kmdn ingkar kepada Sunnah Rosul, ketiga ingkar kepada Kitab-Nya,dan yang terakhir ingkar kepada Alloh sendiri. itulah kesesatan yang nyata.

itulah kenapa teman2 anda enggan memberi komentar. idenya orang yang sedang dalam pencarian memang aneh2. moga Alloh menuntun Anda selalu sehingga bisa menciptakan karya yang mengagumkan, seperti Imam Al Ghozali misalnya. Amin.

Wassalam


Posted by: "oland_satria" oland_satria@yahoo.co.id oland_satria
Sun Apr 22, 2007 6:07 am (PST)
--- In penulislepas@ yahoogroups. com, peranita sagala
wrote:


Hebat..hebat
Buat aja "surga" sendiri bagi yang memerlukannya.
Jadilah harapan bagi dunia yang bukan untuk mencari pahala buta.
Hidup bukan untuk mencari pahala melainkan merangkul sesama


Posted by: "fath el wafi" marabunta_azhari@yahoo.com marabunta_azhari
Sun Apr 22, 2007 2:10 pm (PST)
Maaf, sebelumnya salam kenal dan sejahtera buat mbak di sana.

Mbak, yang jelas saya tidak bisa membantu dalam mencari titik temu yang sebenarnya. Atau katakanlah, mendapatkan kenyataan itu.

Kembali.
Di sini saya sedikit tergelitik dengan tulisan mbak yang berbunyi; "Bahkan saat Nabi mendeskirpsikan bagaimana mati dia juga belum melaluinya."

Pertama; Apakah tidak terlalu lancang atau janggal kata ganti "dia" untuk seorang nabi. Tidakkah lebih terhormat jika kita menulisnya dengan kata "Beliau". Sebuah pertanyaan bagi sang penulis?

Kedua; Laikkah, kalimat tersebut seperti itu adanya. Sementara, setahu yang saya cermati, sabda Nabi kepada sahabat Ali ketika menjelang syakaratul maut -yang intinya seperti ini- "Aduh, sakit, Ali. Sakit. Bagaimana umatku nanti." Dari saking sakitnya, Beliau pun berkata kepadap Malaikat Maut. "Wahai, Malaikat Maut, pelan-pelan mencabut nyawaku. Sakit." Beliau mengaduh kesakitan. Yah, kesakitan.

Lalu, apakah rasa sakit itu nikmat. Kalau pun ia. Kenapa Seorang Muhammad SAW (kekasih Allah SWT) masih merasa dan mengaduh kesakitan?

Nah, sekarang apalagi kita hamba yang selalu berbuat salah dan dosa, yang tentunya cara Malaikat Maut mencabut nyawa kita tidak akan pernah sama ketika ia mencabut nyawa Baginda Nabi. Lalu, pantaskah kita berkata; "Kematian itu tidak bisa dideskripsikan? !"
Entahlah...

Kembali.
Di sini saya sedikit tergelitik dengan tulisan mbak yang berbunyi; "Begitulah agama, setuju ato tidak, agama memang sangat laris untuk di dagangkan."

Sebegitu naifkah agama disamakan atau disematkan dengan "Barang". Sementara, setahu yang saya cermati, agama bukanlah barang dagangan, yang tidak akan pernah ada istilah; laris jika diperdagangkan. Karena agama (islam) itu adalah agama 'rahmatan lil 'alamin'. Yah, merupakan rahmat bagi seluruh alam.

Kembali. Lagi-lagi...
Di sini saya sedikit tergelitik dengan tulisan mbak yang berbunyi; "Sayangnya, jebolan sekolah tinggi agama kebanyakan harus siap hidup miskin, menengadah tangan tiap khutbah jum€ ¦’²at."

Benarkah, kata-kata tersebut merupakan fakta yang nyata. Sementara, setahu yang saya cermati, banyak para alumni/keluaran perguruan tinggi yang bisa menggegerkan dunia. Katakanlah, Muhammad Abduh (tokoh pembaharu islam) lulusan dari Al-Azhar University, Cairo Mesir. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA (tokoh pemikir islam) lulusan dari Columbia University, Amerika Serikat. Aa Gym (Seorang tokoh islam indonesia, yang banyak digemari dan disenangi para kalangan muda ataupun tua). Dan, banyak lagi yang lainnya. Tidak perlu saya sebut satu-persatu di sini. Karena itu sudah mewakili dari contoh yang lainnya.

Dari konteks tersebut, pantaskah kita masih mengingkari, mengelak, apalagi sampai menolak, bahwa jebolan sekolah tinggi agama nyatanya telah banyak melahirkan cendikiawan- cendikiawan yang super profesional. Bermanfaat bagi dunia. Khususnya umat islam.

Entahlah...
Kenapa mbak justru mengatakan, bahwa; "Sayangnya, jebolan sekolah tinggi agama kebanyakan harus siap hidup miskin, menengadah tangan tiap khutbah jum€ ¦’²at." Bisakah kalimat ini dipertanggung jawabkan?

Berangkat dari sini, saya tidak ingin menggurui mbak, pun juga semua yang membaca tulisan ini. Siapapun. Biarlah pembaca yang menguraikan cita rasanya sendiri.

'Ala Kulli Hal, terima kasih atas tulisan mbak yang telah mengorek tabir imajinasi saya untuk berpikir. Yah, berpikir. Karena memang seperti itulah esensi hidup manusia di dunia. "Aku berpikir, maka aku bisa menguraikan rasa." Itu saja mungkin dari saya. Dan, sekian.

Salam Hormat
Wafie el-Luthfy
Kairo, 22 April 2007

1 comment:

Anonymous said...

aku teringat puisinya ikbal per, saat menjelang kematiannya.
MELODI PERPISAHAN BOLEH MENGGEMA ATAU TIDAK.
BUNYI NAFIRI BOLEH BERTIUP LAGI DARI HIJAZ ATAU TIDAK SAAT SI FAKIR TELAH SAMPAI BATAS AKHIR
PUJANGGA LAIN BOLEH SATANG ATAU TIDAK
KUKATAKAN PADAMU CIRI SEORANG MUKMIN BILA MAUT DATANG AKAN MEREKAH SENYUM DI BIBIR