Tuesday, September 25, 2007

Mencari Sidodadi (2)



Aku minta tugas survey 2 sekolah yang tersisa dialihkan ke orang lain, karena aku sama sekali tak bisa konsentrasi untuk terjun kelapangan. Dolok sepertinya kebingungan. Kadang ku berfikir akhirnya dia mulai menyadari kalau staf yang paling bisa diandalkannya cuma aku. Ups..bukan paling bisa diandalkan, tapi paling gila berpetualang.

Syukurlah kondisi Ayahandaku mulai membaik, 4 hari dalam penanganan 2 dokter spesialis ternyata membuahkan hasil.
SMS pengumpulan hasil survey seperti repeten ibuku di pagi hari.
Terpaksa aku harus kelapangan lagi
Apa boleh buat, inilah resiko pekerjaan sistem kontrak. Tak perduli bagaimana kondisi keluarga karyawannya, yang penting bisnis..is bisinis. you kerja..maka you dapat uang. Tak ada rasa empati dalam dunia kerja ini. Anehnya dedikasi staf dituntut tinggi sedangkan penghargaan pada staf dianggap terlalu mewah dan tak pantas ada.


Kukontak Ana, mitra kerja ku yang selalu siap tempur. Ba'da sholat djuhur kami bergerak menuju kecamatan Wampu. Singgah sebentar di rumah Aidil yang sederhana di ibukota kecamatan Wampu. Lelaki inilah yang membantu kami menyelamatkan Aini, rekan kerja kami yang kecelakaan seminggu lalu.
"Kak Pera dan Ana berbuka disini ya...Nginap juga tidak apa-apa. Wampu rawan di Malam hari".Ajak Aidil. Klop.. lelaki ini baik sekali. Tapi kami lebih berminat menanyakan posisi desa Bukit Balok dan Sidodame.
" Kira-kira berapa jam kami dengan sepeda motor bisa mencapai bukit balok Aidil?" sahutku.
" Sekitar 30 menit.Kalau Sidodame aku tidak tau dimana Kak." Jawab Aidil menjelaskan.
" OK, Ana...kita ke bukit Balok dulu, Sidodame kita tanya pada orang di kampung sana".
Ana menurut saja. Kami memang harus menyelesaikan 2 sekolah itu hari ini, apapun kondisina.

Jalan tanah dan berbatu khas daerah perkebunan menjadi teman kami di perjalanan. Anak-anak menggembala sapi, deretan sawit dan kebun karet dan truk-truk pengangkut hasil kebun yang menempelkan debu dimuka kami adalah pemandangan yang tak habis-habis. berkali-kali berhenti untuk bertanya. Banyak persimpangan di tengah hutan karet, kami kebingungan, sementara pemukiman penduduk tak tampak entah dimana. Ana menyapa orang-orang yang lewat dengan sepeda motor. Mereka berhenti dan mnunjukkan arah. Hmm kalau di Medan, mana ada orang seperti itu. Semua nya teburu-buru dengan urusan masing-masing.
Sinyal HP naik turun. Sms Aidil masuk.
"Jangan lupa berbuka di rumahku ya...kalau tidak jangan injak kaki lagi di Wampu".
Kami berdua tergelak tertawa. Baik tapi galak juga.

No comments: