Thursday, May 05, 2022

Kisahku : Melawan Politik Uang di Musprov X IAI Sumut

Mengagetkan sekali melihat hasil pemilihan tahap II dalam rangkaian Musprov X IAI Sumut. Namun besok paginya beredar percakapan di sebuah WhatsApp Grup yang isinya mengidikasikan politik Uang. Inti pesannya: Anggota IAI Sumut yang menunggak Iuran setahun akan dibayarkan iurannya oleh tim sukses kandidat, agar memilih kandidat tersebut. 



Aku benar-benar syok membaca WA grup itu. Gak nyangka sebagai kandidat paling senior, menjabat sebagai asesor yang harus menengakkan integritas di profesi melakukan tindakan sekotor itu demi mendapatkan jabatan Ketua. Beberapa hari aku pusing memikirkan ini. Bagaimanpun kekalahan sudah dapat dipastikan jika politik uang ini dibiarkan berlama-lama. Dampak jangka panjangnya adalah, Anggota akan terbiasa menunggu kandidat Ketua IAI membayarkan iurannya setiap momentum Musprov. Tentunya akan merusak profesionalitas. Ketua akan dipilih karena kemampuan dana bukan kemampuan dalam memimpin. 
Para ketua mantan ketua bertemu khusus membahas peredaran WA tersebut. Pasalnya kandidat pelaku tersebut adalah adik kandung dari salah satu Mantan Ketua IAI Sumut yang dikenal amat idealis. Kuamati pertemuan mereka yang fotonya di publish di facebook mereka. Kutanya secara pribadi kepada salah satu mantan ketua yang ikut di pertemuan tersebut. Aku hanya penasaran pada sikap  mantan Ketua yang dikenal paling idealis tersebut. Ternyata jawabnya normatif, dan menyerahkan permasalahan tersebut kepada Majelis Kehormatan. Hmm...secara pribadi luntur sudah respect ku kepada beliau. Omong kosong semua integritas yang selama ini diajarkannya dalam kode etik profesi. Ternyata dia tak berani adil terhadap perilaku saudaranya sendiri. 

Awalnya aku mengonsep surat pernyataan, namun rapat tim meminta bentuk surat yang lebih keras yaitu SOMASI. Jadilah surat ini, kuajukan kepada panlih dan harus dijawab dalam waktu 3 x 24 jam. 
Awalnya aku ingin tembuskan ke IAI nasional, namun kuurungkan, karena menjaga nama baik IAI Sumut.

Jawaban dari Panlih sama sekali tidak menjawab somasi yang kuberikan. Namun ada tindak lanjut penandatanganan pakta integritas oleh ketiga kandidat agar tidak melakukan politik uang. 
Hasil dari somasi ini, dan penyebaran WA grup yang menyebar di sebagian besar anggota sepertinya membuahkan hasil. Suara kandidat tersebut tidak mengalami peningkatan signifikan pada putaran akhir hanya naik 7 suara. 

Meski pada akhirnya aku pun tak terpilih pada musprov ini, tapi totalitas perlawananku terhadap politik uang membuatku senang sekali.IAI Sumut masih bisa diselamatkan dari pragmatisme uang. Dan aku bersyukur ketua terpilih ternyata mendengarkan visi misiku selama kampanye. Zona Integritas diadaptasikannya untuk menjadi salah satu program kegiatan periode yang dipimpinnya. Alhamdulillah. 

Isi lengkap surat somasi dan balasannya dapat dilihat disini




No comments: