Sunday, October 16, 2011

Ummati..Ummati..Ummati

Ada hal yang membuatku sedih dan resah belakangan ini. Tentang Umat Islam dan pemahamannya. Latar belakang keresahan ini memang karena belakangan di kantor di wajibkan untuk mengikuti pengajian rutin.Aku makin menyadari pada kenyataan, betapa jauhnya umat Islam terhadap ajaran agamanya sendiri.

Aku menyimpulkan hal ini bukan karena merasa lebih baik dan lebih dekat pada Islam itu sendiri. Tapi dari pemikiranku yang sederhana. Aku percaya, bahwa rujukan utama dalam Islam adalah Al-Quran,dan Rasulullah sebagai contoh teladan bagaiman menerap Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kalimat syahadat yang terucap setiap sholat.

Prinsip ini saya yakin di sepakati oleh umat Islam di belahan bumi manapun.
Tapi di kesehariannya, betapa Al-Quran sama sekali jarang disentuh dalam pengajian-pengajian Umat Islam. Memang, Al-Quran dibaca, tapi tidak di pahami maknanya. Cukup di baca. Istilahnya tilawah. Ayatnya dikutip, di senandungkan semerdu seindah lagu. tapi.....tidak disertai dengan memahami maknanya.

Ketika menyampaikan ceramah, (tak hanya di pengajian rutin kantorku) kuamati, jarang merujuk ke Quran lebih dahulu. Tapi pada Sunnah Rasul, pendapat ulama, tafsir-tafsir, kitab kuning, bahkan yang paling parah, pada dongeng tak berdasar.
Bahkan bisa saja dalam satu sesi ceramah, tak satupun Ayat Quran yang dikutip, apalagi sampai mengupas arti dan maknanya. Kok bisa dikatakan Islam, kalau Al-Quran dilepaskan dari kesehariannya?. Bukankan Al-Quran adalah petunjuk? (Qs Al-Baqarah:2)
Kok bisa ya..ulama mengajarkan Islam tapi tidak merujuk Al-Quran sebagai PETUNJUK UTAMA?.

Maka tak aneh dan tak heran, begitu pula umat yang diajarkan ulama dalam berfikir dan memahami Islam. Lepas dari Al-Quran.

Seperti dialog terakhir dalam pengajian kami beberapa waktu yang lalu:

"Bu...Surat yang pertama kali turun kan Al-Alaq. Surat yang dipahami Rasulullah pertama kali kan Al-Alaq. Lalu kenapa pembuka ayat Al-Quran bukan Al-Alaq?. kenapa kita tidak mempelajari surat Al-Alaq dulu, baru surat yang lainnya, seperti yang dicontohkan Rasulullah?"

si Ustadzah menjawab:

"Karena Al-Fatihah adalah ulumul kitab. coba baca artinya. (si ibu ustazah pun mencoba menafsirkan ayat2 dalam al-fatihah)."

Tentu saja aku tak puas...kok malah menonjolkan surat Al-Fatihah dari pada Al-Alaq?. kok Al-Alaqnya tidak juga ditafsirkan. Tuh..surat Al-alaq kan menyuruh kita membaca...tetap saja lebih masuk akal bagi ku membaca/Iqra' dulu baru selanjutnya al-fatiha.
Kok seolah lebih memuliakan al-fatihah daripada al-alaq?. bukankan semua ayat setara sebagai petunjuk?.

Selesai pengajian, seperti biasa, terjadi diskusi informal. Kawan-kawan mengungkap hal-hal yang kurang terpuaskan dari pengajian tadi. Termasuk mengevaluasi pertanyaanku.

trus ada yang jawab.

"pertanyaanmu tadi sebenarnya ada jawabannya (ya iyallaah...sahutku dalam hati gondok)...cuma...panjang penjelasannya..dan tak cukup dijelaskan dalam pengajian ini"

"well...well.. kupikir itu pertanyaan sederhana lah...begini kawan...kita ni punya contoh teladan dalam memahami Al-Quran/Islam. Dan membaca Al-Alaq pertama kali, itu di contohkan oleh Rasulullah, bukan?.Berarti saat ini kita tidak mencontoh Rasullullah donk.!

"wah...kita harus kaji dulu sejarah, tafsir dan buku-buku pendukung dulu".

"Hmm...terserah deh, kalian mo merujuk ke buku2 atau mo merujuk kepada Sunnah Rasul"

Sebenarnya, kalimat terakhirku itu adalah statement yang keras dan tegas. Tapi tak disadari oleh si kawan. Padahal si kawan ini adalah penganut Salafi yang konon berusaha mencontoh Rasulullah sebaik-baiknya. Mungkin dia lebih suka mencontoh cara pakaiannya saja, daripada mengikuti bagaimana Rasulullah menerima Al-Quran.

Miris...kok bisa ya?
Bagiku hal ini adalah Aneh tapi nyata.

Terus terang saya sedikit marah pada ustadzah. Dia menutupi ketidak mampuannya menjawab dengan memosisikan surat yang satu lebih baik (dipelajari lebih dulu)daripada surat yang yang lain. Mungkin begitulah Al-Quran bagi sekelompok orang, Bisa dijadikan pelindung ego.

Diskusi itu membuatku sedikit apatis...betapa mereka begitu banyak tersebar dilingkunganku. Mungkinkah mengajak mereka lebih senang membaca dan memahami Al-Quran lebih dulu, baru buku-buku tafsir mereka?. dan bukan sebaliknya :(

QS. Al Maidah/5:104

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul." Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya." Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.



Wallahu A'lam.

No comments: