Tuesday, August 18, 2009

Wak Uteh, kembalinya Musik Rakyat

“Wak Uteh” Hadirkan Khas Melayu Kelompok musik

Wak Uteh yang akrab dengan lagu-lagu Melayu dari pesisir, berupaya semakin menancapkan kukunya di jagad permusikan Tanah Air, khususnya Melayu Pesisir.
Setelah berhasil merilis 11 album Melayu Roncah (campuran), salah satunya bertajuk “Wak Uteh” yang sangat terkenal dan seakan menjadi ‘lagu wajib’ berbagai acara-acara.

kini Wak Uteh menghadirkan sesuatu yang baru, yakni album khas Melayu tanpa campuran dari beberapa bahasa lain.

“Memang, album Melayu Roncah kemarin campuran dari beberapa ritme seperti Tapanuli, Melayu dan Padangpasir. Tapi di album ini, asli Melayu.

Namun, karena Wak Uteh telah dikenal sebagai band roncah kita tetap selipkan satu lagu yakni Zavin Syair Palaut,” sebut pimpinan Wak Utehm Djalaut HB, Minggu (8/3).

Dikatakan, dalam album spesial vol 1 ini tercatat 10 lagu seperti Janda dan Duda, Penawar Rindu, Zavin Syair Palaut, Tujuh Purnama, Rentak Dendang Melayu, Musim Bercinta, Kasih Tak Sampai, Pungguk Merindu, Batubaro dan Tutur Melayu.

Peluncuran album Melayu ini, katanya, sebagai upaya pengobat rindu masyarakat yang menggemari lagu-lagu khas Melayu. Apalagi, artis atau penyanyi Jakarta maupun Medan sudah sangat lama tidak mengeluarkan album Melayu.

“Jadi, kita hadirkan album ini karena Wak Uteh merasa terpanggil. Apalagi, ini seni dan kebudayaan asli kita,” tegasnya.

Meledak

Meski terbilang sederhana, namun setiap album Wak Uteh selalu terbilang meledak di pasaran. Buktinya, seperti dikatakan Djalaut yang kini akrab disapa Wak Uteh, angka 50 ribu kopi selalu berhasil ditorehkan di setiap album baru.

“Yang paling meledak adalah album ‘Wak Uteh’ yang telah membuat angka ratusan ribu kopi,” ujarnya.

Menggabungkan delapan orang yakni Djalaut H, Syafi’i, Darwin STJ, Eka KDI, Masdelina, Syaini, Azlina plus Junaidah berkolaborasi dalam satu grup sebenarnya tak gampang. Tapi bagi Djalaut yang dipercaya memimpin grup tersebut, malah kesempatan guna memaksimalkan setiap potensi anggotanya.

Di album terbaru ini, Djalaut (Wak Uteh), memaparkan, seluruhnya hasil ciptaan mereka dan tetap menghadirkan nada atau syair-syair kocak sebagai identitas.

Dikatakan, perbedaan grupnya dengan grup lain karena mereka tidak melulu berbicara cinta dalam lagu-lagunya tapi banyak bercerita tentang kehidupan masyarakat pesisir pantai.

“Yang pasti, kami berupaya mempertahankan nilai budaya, khususnya pesisir. Perlu diketahui, dua perusahaan rekaman besar Jakarta berusaha menggandeng Wak Uteh tapi kita tidak mau.

Karena bila hal itu terjadi, maka seniman daerah bakal jadi penonton sebab seluruhnya mereka yang mengerjakan. Beda dengan kami, semuanya dikerjakan masyarakat sekitar sehingga juga membuka peluang kerja,” jabarnya.
(hen)

No comments: