Saturday, January 24, 2009

WH salah tangkap??



"Pera..Pera, bangun, kita ada masalah genting neeh...
Jangan molor melulu!". Sentak Kak ELi membangunkan ku yang sedang asyik lelap. Penatku tak juga terusir dalam tidur yang terasa sejenak.

"Fiuh...ada apa sih Kak?".
...bukankah tugasku kan sudah selesai?".
Pelan dan malas aku bangun sambil mengusap mataku. Dengan gaya secapek-capeknya, menghiba sedikit waktu lagi untuk lelap.Kulirik jam tanganku sudah pukul satu dini hari. Kak Eli, sudah berbaik hati membangunkanku.
Aku tadi tidur di ruang registrasi Jambore Anak, di tempat banyak orang lalu lalang cukup banyak. Kantuk beratku tadi membuatku tak perduli mengambil lapak tidur dimana. Beberapa kertas plano kususun sebagai selimut untuk memberi kesan aku hanya tumpukan barang yang teronggok diantara berantakannya barang-barang kegiatan. Meski bagai tumpukan barang, ternyata peciuman tajam Kak Eli masih mampu mendeteksi keberadaanku.

"Hmm... apa yang genting Kak?".Pelan-pelan aku mulai mengingat ingat, kata-kata kak Eli saat membangunkanku. Kertas-kertas plano bekas selimutku kubiarkan terserak karena Kak Eli langsung menarik tanganku bergegas bangun dan beranjak keluar ruang registrasi.

" Kegiatan kita akan di bubarkan oleh WH!. Kita harus segera rapat lagi membahas masalah ini".
"Cepetan Pera, kita ke panggung. Cuma disana tempat yang nyaman buat rapat saat ini".

Terhuyung-huyung aku mengikuti langkah Kak Eli yang cepat. Dalam hati aku memikirkan penyebab WH hendak membubarkan kegiatan ini. Seperti yang sudah kuduga sebelumnya, akan ada konflik dalam acara ini. Mengadakan kegiatan besar di daerah yang sangat ketat dalam simbol-simbol agama. Apalagi daerah ini adalah daerah yang pertama kali memperkenalkan peraturan daerah tentang penegakan syariat Islam.

Sementara aktifitas jambore, adalah persoalan belajar bersama. Tak pernah terfikir membedakan kegiatan anak perempuan terpisah dengan kegiatan anak laki-laki.
Begitupun aku masih tak terima juga WH berniat membubarkan kegiatan ini.

" Gila tu WH, gak mikir ini kegiatan disiapin berapa lama?. Dana yang sudah di keluarkan berapa banyak. dan...sudah jalan satu hari kegiatan. Seenaknya aja ngebubarin." Beban kurang tidurku berubah menjadi emosi. Jalanku sudah jauh lebih baik.

"Aih..kau tau lah Pera, mana mereka perduli kalau maksud kegiatan kita ini baik. Pasti ada neh yang melihat cewek dan cowok mojok, entah itu panitia atau peserta kita tak tahu, tapi mereka para WH itu sepertinya tau aja dimanapun ada hal-hal yang nyeleneh".

"Yah..namanya anak muda, biasalah klo ada rasa tertarik. Cem tak pernah muda aja WH nee!. Asal tak berdua-dua di tempat yang senyap kupikir tak apalah.." cerocos ku meluap-luap.

"Lha.. emang menurutmu, mojok itu apa Pera?". Tanya Kak Eli membuatku terdiam sejenak berfikir.

"Duduk berduaan di sudut?" jawabku bego.

"Hua..ha..ha" Kak Eli cuma ngakak sambil geleng-geleng ala rapper.

-----
Duduk di rapat sebenarnya tak pernah membuatku betah, tapi ternyata keadaan memang serius dan genting. WH sudah sampai pada tahap ingin mengubah konsep jambore yang dua bulan lebih telah di rumuskan di rapat-rapat yang melelahkan. Bagaimana mungkin membelah dua bagian seluruh tenda yang sudah terpacak menjadi dalam dua kelompok perempuan dan laki-laki dalam semalam. Memasang puluhan tenda itu saja telah menyita waktu panitia selama seminggu.

Bagaimana mungkin pula membuat tembok pembatas antara kamar mandi darurat. Namanya juga kamar mandi darurat, bukan permanen. Ada-ada saja kritik WH yang menyatakan kamar mandi yang saat ini terbuat dari terpal mudah di sulut rokok sehingga memungkinkan untuk di intip. Pusing..mikirin WH ini, apakah mereka berfikir peserta jambore anak-anak yang lucu-lucu ini adalah kumpulan maniak seks, yang suka ngintip?.

Karena aku tak mungkin ngedumel dalam rapat, pikiranku cuma mengendap panas di kepalaku. Pastilah muka ku saat ini bertekuk segi tak terhingga. Posisi duduk yang berubah-ubah membuatku terlihat seperti cacing kepanasan. Namun kesalku tak perlu ku muntahkan dalam rapat, karena ku yakin semua juga merasakan hal yang sama. Kesal!.

Kecuali...
Para WH di antara gelap sana, Angkuh dengan teropong pengintainya bagai infra merah siap menembus apa saja yang terjadi di balik tenda-tenda kemah.

Untunglah Bang Jai, Pemegang pucuk pimpinan tertinggi kegiatan ini cukup sigap juga mengambil alih keadaan. Melibatkan WH bekerjasama sebagai seksi keamanan salah satu cara yang efektif.

"Yup..Setuju!". gumamku.
Dari pada WH hanya berkoar-koar mengkritisi kesalahan ratusan peserta dan panitia, lebih baik mereka di libatkan sebagai panitia yang bertanggung jawab terhadap suksesnya acara.

Rapat di tutup setelah pembagian tugas. Sudah jam dua dini hari.
----

Besoknya, situasi lapangan di benahi. Keamanan benar benar jadi prioritas utama. Jalan ke arah tenda-tenda peserta yang selama ini terbuka untuk umum di tutup dengan palang kayu dan tali. Bad nama menjadi penanda peserta kegiatan yang boleh masuk ke lokasi. Lokasi menonton panggung utama di belah menjadi dua, tempat duduk laki-laki dan perempuan. Semua diupayakan semaksimal mungkin menunjukkan penegakan syariat Islam.

Hmm... semua sepertinya terkendali.
Panitia tampak lega karena teror kritik WH justru berbuah menjadi kerja sama tim.

tapi...

Sorenya ketika aku diantara antrian kamar mandi, sekelompok anak berceloteh tak sengaja terdengar olehku.

"Kalau mereka masih disini juga kami besok pulang, kami sudah sepakat mengundurkan diri dari kegiatan" Kata seorang anak salah satu peserta yang dari luar kota.

"Lho Kenapa Dik?" tanyaku kebingungan, langsung nimbrung di antara percakapan anak-anak tersebut.

Anak-anak itu sedikit kaget dengan kehadiranku yang menyela percakapan mereka. Tapi aku tak perduli, dan berjalan semakin mendekat ke tengah kumpulan anak-anak tersebut. Baru kali ini aku bertemu peserta yang tak betah dengan kegiatan yang di kemas untuk anak-anak bergembira.

Anak-anak yang semula kaget mulai menyadari dari bed nama ku, bahwa aku salah satu fasilitator yang bertanggung jawab pada kegiatan, tempat mereka seharusnya menyampaikan permasalahan mereka.

"a...anu kak, tadi malam kan ada kasus.."Sahut kelompok anak yang lain sedikit ragu. Dari raut wajahnya, nampak mereka dari daerah yang berbeda dengan kelompok anak yang ingin pulang tadi.

"Kasus?. kasus apa?". Aku merunduk mengikuti bahasa tubuh salah seorang anak yang ingin berbisik ke arah ku..

"Sodomi Kak".

"Haah?!"
-------

Malam, ketika kami rapat membahas penegakan syariat Islam di Jambore Anak, Radar infra red WH yang sangat sensitif itu ternyata hanya berlaku untuk melihat pelanggaran Syariat Islam oleh jenis kelamin yang berbeda.
----

Catatan:
WH = Wilayatul Hisbah; Pengawas Pelaksanaan Syariat Islam
.

No comments: