
Trimakasih pada penemu internet karena membuat jarak bukan masalah lagi.
Rueni maya ini membuatku sedikit sembuh dari amnesia masa SMA.
Kerasnya kehidupan meraih cita-cita, dan masuk ke realitas dunia kerja pasca kuliah, membuatku terlupa fase kehidupan yang menentukan aku yang sekarang ini. Aku baru sadar kalau aku nyaris amnesia, lupa selupa-lupanya.
Baiklah...
Inilah yang kulewati kala SMA dulu.
Setiap kelas yang kulewati di SMA sebenarnya sangat berkesan dan membentuk karakterku sekarang. Namun pelajaran yang paling berharga selama SMA ku ini adalah belajar...dan belajar.
Minat teman-teman sekelilingku untuk berprestasi sangat kuat. Kompetisi sangat terasa. Sejak masuk kami terkena virus meneladani para kakak kelas diatas kami yang sukses kuliah di bebagai perguruan tinggi bergengsi di Nasional. Nyaris ukuran sukses adalah, ranking dan prestasi di UMPTN.
Mengetahui Bagaimana strategi belajar yang jitu, buku apa yang di pakai guru mengajar, menjadi hal yang menyenangkan untuk di curi tahu dari sekitarnya.
Anehnya aku tak pernah tertekan dengan kondisi ini. Kompetisi membuatku bergairah untuk selalu bersaing dalam nilai pelajaran.
Dan...hasilnya tak seberapa..hehehe
Aku memang tak pernah ranking di Sekolah. Dari SD sampai SMU.
Tapi belakangan di kuliah baru kusadari itu adalah hal yang wajar, setelah tau apa itu multiple inteligence. Hapal menghapal memang bukan keahlianku.
Sekarang teman-teman berserak di pelosok negeri bahkan dunia..ck..ck..ck..
Darah perantau batak ternyata kental juga di diri mereka...
Sedikit minder, karena aku masih berkutat di Sumatera Utara. Tapi tak apalah..semua itu pilihan hidup. Terlalu cinta aku dengan tanah batak sekitarnya ini.
Kuperhati-hatikan perubahan wajah mereka, beberapa pun aku lupa namanya. (amnesia sialan!).
Tapi dalam reuni ini ada sebuah semangat selain kerinduan masa lalu. Semangat yang berbisik tapi penuh harap : Yuk...kita bangun kampung kita!.
The...Chalank City....Sidikalang
Kota kecil yang dingin, di punggung bukit barisan.
Tempat para Ibu Bapa yang mengolah bumi, demi sekolah anak-anaknya.
Tak apalah rumah reot-reot, asal anak-anak sekolah setinggi-tingginya.
Masihkah seperti ini kota ku itu???
Aih...kupikir-pikir bisalah kisah SMA dulu bisalah sebanding dengan kisah novel Laskar Pelangi...heheehe

So glad to see Friends!
No comments:
Post a Comment