Tuesday, August 28, 2007

Sketsa ke"hidup"an Perempuan dari dunia hina dina


Buku ini lah yang melambungkan nama Nawal El Sadawi, seorang dokter, juga feminis dari Mesir. Edisi pertama buku ini dicetak tahun 1989, dan masih di terbitkan ulang tahun 2006 menunjukkan buku ini masih saja diminati sebagai salah satu novel yang menggugah kemanusiaan.

Ditulis dari kisah nyata seorang perempuan pelacur di Mesir, dan melalui penceritaan Nawal, Novel ini menghidupkan karakter Firdaus, jauh dari kematiannya secara fisik.

Berkisah tentang seorang Firdaus, perempuan yang hidup dalam kungkungan patriarkhi yang kental, khas dunia timur. Perjalanan hidupnya tak jauh dari seks. Sejak kecil lagi, sejak dia tidak mengerti sama sekali tentang kenikmatan seks, dirinya sudah di jadikan budak seks oleh keluarganya.

Ekonomi, menyeret Firdaus dalam pernikahan yang bukan pilihannya, dan kembali, dia dinilai hanya sebagai pelampiasan seks suaminya yang sudah sangat berumur.
Firdaus melarikan diri, dan bertemu dengan lelaki yang menyekapnya dan kembali menjadi budak seks. Hidup seakan tak ada pilihan bagi fidaus. Dalam keadaan sangat terlantar, firdaus bertemu dengan Nyonya Iqbal yang mengajarinya banyak hal. Dan tidak gratis. Firdaus tetaplah alat, yang tetap hidup dari seputar selangkangan.

Suatu ketika Firdaus sadar bahwa dia harus merubah hidupnya. Dia ingin menentukan pilihannya sendiri. memilih laki-laki yang menyetubuhinya. Memilih berapa harga dirinya. Firdaus menjelma menjadi pelacur kelas atas. Setelah ekonominya membaik, Firdaus pun membeli harga dirinya. Mencoba merasakan hidup sebagai perempuan baik-baik. Di tahap ini, Firdaus seolah memaki kehidupan masyarakat yang penuh dengan kemunafikan.
Jatuh cinta?. pernah dirasakannya. Namun lelaki dalam kehidupan Firdaus tak lebih dari manusia yang bersimpuh luluh pada nafsu birahi, tanpa cinta.

Yang dicari Firdaus dalam hidupnya cuma satu, Bebas memilih dan menentukan hidupnya.
Namun dalam budaya patriarkhi yang sangat kental, perempuan selalu terancam . Memilih adalah sebuah kemewahan yang sulit didapat. Lagi-lagi laki-laki menyeret paksa Firdaus untuk menjadi abdinya, dan kali ini firdaus berontak. berkata tidak. Dan Firdaus membayarnya dengan nyawanya.

Firdaus di hukum mati, karena membunuh laki-laki yang menjadi mucikarinya.
Sehari sebelum kematiannya, Nawal mendengarkan kisah hidupnya yang menjadi inspirasi bagi setiap orang yang membaca kisahnya. Firdaus, meski dari sisi kehidupan tergelap yang dianggap hina dina, namun mengajarkan satu hal: bahwa memilih, membutuhkan keberanian yang besar. terlebih jika kau perempuan.

Buku ini mengajak kita bercermin, bahwa kehidupan menjadi pelacur bisa jadi bukan pilihan hidup perempuan, tapi apakah di saat hidup tak bisa memilih, kita akan menyerah saja, atau bangkit melawan. Firdaus melawan! meski membayarnya dengan kematian.

Jika dikaitkan dengan buku Analisis Gender, Mansour Fakih, buku ini memuat secara kompleks, tidak adilan gender yang dialami perempuan. Kekerasan, Marginalisasi, Jerat ekonomi dll.
Perempuan di titik Nol, memberi contoh ketidak adilan gender yang bukan ego perempuan dan laki-laki yang berebut antara ranah publik dan domestik.
Tapi bentuk ketidak adilan gender di sudut kehidupan firdaus. Sudut kehidupan dimana ketidak adilan gender membuat seorang perempuan untuk kehilangan pilihan untuk hidup. Firdaus hanya satu, tapi mewakili banyak perempuan lainnya.


Buku ini lah yang melambungkan nama Nawal El Sadawi, seorang dokter, juga feminis dari Mesir. Edisi pertama buku ini dicetak tahun 1989, dan masih di terbitkan ulang tahun 2006 menunjukkan buku ini masih saja diminati sebagai salah satu novel yang menggugah kemanusiaan.

Ditulis dari kisah nyata seorang perempuan di Mesir, dan melalui penceritaan Nawal, Novel ini menghidupkan karakter Firdaus, jauh dari kematiannya secara fisik.

Berkisah tentang seorang Firdaus, perempuan yang hidup dalam kungkungan patriarkhi yang kental, khas dunia timur. Perjalanan hidupnya tak jauh dari seks. Sejak kecil lagi, sejak dia tidak mengerti sama sekali tentang kenikmatan seks, dirinya sudah di jadikan budak seks oleh keluarganya.

Ekonomi, menyeret Firdaus dalam pernikahan yang bukan pilihannya, dan kembali, dia dinilai hanya sebagai pelampiasan seks suaminya yang sudah sangat berumur.
Firdaus melarikan diri, dan bertemu dengan lelaki yang menyekapnya dan kembali menjadi budak seks. Hidup seakan tak ada pilihan bagi fidaus. Dalam keadaan sangat terlantar, firdaus bertemu dengan Nyonya Iqbal yang mengajarinya banyak hal. Dan tidak gratis. Firdaus tetaplah alat, yang tetap hidup dari seputar selangkangan.

Suatu ketika Firdaus sadar bahwa dia harus merubah hidupnya. Dia ingin menentukan pilihannya sendiri. memilih laki-laki yang menyetubuhinya. Memilih berapa harga dirinya. Firdaus menjelma menjadi pelacur kelas atas. Setelah ekonominya membaik, Firdaus pun membeli harga dirinya. Mencoba merasakan hidup sebagai perempuan baik-baik. Di tahap ini, Firdaus seolah memaki kehidupan masyarakat yang penuh dengan kemunafikan.
Jatuh cinta?. pernah dirasakannya. Namun lelaki dalam kehidupan Firdaus tak lebih dari manusia yang bersimpuh luluh pada nafsu birahi, tanpa cinta.

Yang dicari Firdaus dalam hidupnya cuma satu, Bebas memilih dan menentukan hidupnya.
Namun dalam budaya patriarkhi yang sangat kental, perempuan selalu terancam . Memilih adalah sebuah kemewahan yang sulit didapat. Lagi-lagi laki-laki menyeret paksa Firdaus untuk menjadi abdinya, dan kali ini firdaus berontak. berkata tidak. Dan Firdaus membayarnya dengan nyawanya.

Firdaus di hukum mati, karena membunuh laki-laki yang menjadi mucikarinya.
Sehari sebelum kematiannya, Nawal mendengarkan kisah hidupnya yang menjadi inspirasi bagi setiap orang yang membaca kisahnya. Firdaus, meski dari sisi kehidupan tergelap yang dianggap hina dina, namun mengajarkan satu hal: bahwa memilih, membutuhkan keberanian yang besar. terlebih jika kau perempuan.

Buku ini mengajak kita bercermin, bahwa kehidupan menjadi pelacur bisa jadi bukan pilihan hidup perempuan, tapi apakah di saat hidup tak bisa memilih, kita akan menyerah saja, atau bangkit melawan. Firdaus melawan! meski membayarnya dengan kematian.

Jika dikaitkan dengan buku Analisis Gender, Mansour Fakih, buku ini memuat secara kompleks, tidak adilan gender yang dialami perempuan. Kekerasan, Marginalisasi, Jerat ekonomi dll.
Perempuan di titik Nol, memberi contoh ketidak adilan gender yang bukan ego perempuan dan laki-laki yang berebut antara ranah publik dan domestik.
Tapi bentuk ketidak adilan gender di sudut kehidupan firdaus. Sudut kehidupan dimana ketidak adilan gender membuat seorang perempuan untuk kehilangan pilihan untuk hidup. Firdaus hanya satu, tapi mewakili banyak perempuan lainnya.

3 comments:

Syam said...

Ulasan yang bagus,
jadi ingat lagi isi buku yang sudah lama dibaca. Jadi pengen baca ulang, hehehe...

Sekalian kunjungan balasan dari tukang kebun softTEXT ... http://softtext.wordpress.com

Anak goodreads juga, kan?

:-D

peranita said...

yo..i
I am in goodreads...

thanks juga dah singgah :D

Anonymous said...

Ehmm nice book peranita...

Vy