Tuesday, August 28, 2007

Kopi Aceh? hmm...



Kopi Aceh...konon cukup terkenal di seantero penikmat kopi. Berkunjung ke Aceh, rugi jika tidak menikmati kopi Aceh. Aku juga suka minuman hitam legam yang di hidang dalam gelas bening kecil itu. Setiap ke Meulaboh pasti tak lupa menikmatinya. Kalau pun tak sempat atau sungkan nongkrong sendirian di kedai kopi, teman-teman di posko biasanya membelikan dalam bungkus plastik yang langsung diminum setelah di tuang di secangkir gelas....hmmm nikmat di rapat-rapat kantor yang sampai larut.

Pernah kubawa pulang ke Medan sebagai oleh-oleh. Sesampai dirumah kuseduh sendiri, tapi...waduh...rasanya beda banget, gak enak, masih kalah jauh dengan kopi Sidikalang, kota penghasil kopi di Sumut.
Aneh benar kopi Aceh ini, apakah cara menyeduh juga menentukan rasa? seperti gaya Tom sang master pembuat kopi dalam Filosofi Kopi?. Ah..benar-benar aku penasaran.


Ada anekdot lucu tentang kopi Aceh. Imut, tukang masak di posko bilang, "wah..kakak salah beli tuh..yang di warung kopi itu bukan kopi bubuk seperti yang kak Pera beli, tapi kopi sareeng". Trus nyambung lah yang kawan-kawan yang lain..." Iya tuh...Kopi aceh enak karena disaring pake sempak (alias celana dalam laki-laki..hehe)".Jorok!
Tentu saja itu cuma candaan.
Ada juga yang bilang konon kopi Aceh itu di campur ganja biar enak dan bikin ketagihan. benar atau tidak nya....cuma kedai kopi yang tahu rahasianya.

Tapi ada kedai-kedai kopi tertentu yang terkenal khas rasa enak dan penyajiannya. Seperti foto di atas, adalah kopi tubruk terbalik yang di saji di pinggir pantai Suak Ribe Meulaboh. Gelas dibalik, kemudian dengan bantuan pipet yang di sorong di bibir gelas, kopi yang tanpa ampas pun bisa dinikmati. Rasanya d jamin enak...apalagi sambil melihat sunset di kursi yang berayun. Wah...Nikmat!

Ada juga Kopi di sebuah warung kopi di desa Peunaga Rayeuk, Meulaboh, ciri khasnya kopi di saji dengan air nira. Hmm aku belum sempat nikmatin yang ini...

Nah jangan sering-sering minum kopi di desa Suak Nie. Air disana punya kadar asam tinggi karena berada dilahan gambut, bisa merusak gigi. penduduk biasanya berharap dari air hujan untuk minum, tapi jika tak turun hujan, air itu pun terpaksa di embat untuk minum. Hasilnya, gigi rontok.
Itu sih kata pengawas pembangunan rumah kami di desa Suak Nie, tapi biasanya kalau ku berkunjung kesana, si pemilik rumah pasti menyorong sepeda motornya membeli ke kedai kopi desa tetangga setelah sebelumnya bertanya padaku, "Ibu minum kopi atau teh?".

"Ups...Kopi donk! kapan lagi minum kopi Aceh heheheh".

O ya..buat yang iseng pengen bawa oleh-oleh Kopi Aceh, jangan bawa kopi yang dalam bentuk serbuk halus, tapi yang ditumbuk kasar...rasanya BEDA!

2 comments:

isackfarady said...

keren... sama kaya yang ada di blog gw....
mampir ya. salam kenal.

Anonymous said...

waw, oh My God