Kenal dengan Butet Manurung?. Cewek Batak yang namanya melambung sejak kompas memuat fotonya di pedalaman rimba Jambi sedang mengajar anak-anak rimba.
Akhirnya, pengalamannya itu diabadikan dalam sebuah buku Sokola Rimba.
Membaca buku Sokola Rimba benar-benar berkesan.
Menurutku Butet mengisahkannya dengan penuh cinta.
Butet menyuguhkan kehidupan Rimba bukanlah sebuah dunia yang tidak nyaman tapi INDAH.
Indah karena kesederhanaanya, keluguannya, struktur masyarakatnya, keteguhannya dengan adat dan rimbanya.
Yang sangat menarik soal budaya orang rimba adalah sistem matrilinear yang dianutnya.
Laki-laki sebelum menikah di magangkan dulu di rumah calon mertuanya, bekerja, berburu dll. Setelah 3 bulan, jika calon mertua tidak senang, si Laki-laki bisa dipulangkan ke kampungnya.
Laki-laki rimba juga sangat terjaga syahwatnya dan dan sangat bangga dengan posisinya sebagai pelindung dan pencari nafkah keluarganya.
Laki-laki gak akan marah-marah kepada istrinya, secerewet apapun istrinya, justru jika istri yang tidak cerewet dianggap bukan istri yang baik...(lo kok? cucok banget ma tipe ku nih...hihihi)
Yang membuatku terharu, Butet mengajak untuk memandang orang rimba bukan dengan menganggapnya orang yang aneh selayaknya orang-orangan di sirkus, tapi kelompok manusia yang berhak memilih hidup di hutan atau di dunia terang.
Membaca buku ini jadi ingin merasakan dunia Rimba itu.
Membayangkan konsep yang tergambar dari keresahan Butet terhadap pendidikan orang rimba, aku jadi terbayang film flinstone, kehidupan jaman batu tapi ya...modern. Boleh aja tinggal di Rimba (malah asyik), tapi pemikiran tetap global...ya..gitu deh. Benar gak Butet?
No comments:
Post a Comment