Saturday, September 24, 2011

Kilatan Pedang Tuhan: Pemahaman makna 'Kafir' yang memakan korban



Novel ini berkisah tentang perang Salib ketiga. Perang yang hingga sampai saat ini masih menyisakan luka bagi sejarah kemanusiaan. Perang yang terjadi karena Agama. Perang yang terjadi karena kafir-mengkafirkan. Memperebutkan kota suci yang memiliki arti kedamaian, tapi selalu tertumpahkan darah, Yerusalem. Novel ini mengisahkan tokoh legendaries Perang Salib yang masih dikenang karena kebesaran jiwanya. Yaitu perseteruan antara Raja Richard Hati Singa_ si Raja Inggris dengan Sultan Salahudin yang juga dikenal dengan Saladin, penguasa Yerusalem.

Penulis menambahkan tokoh fiksi bernama Mariam_yang kemudian kuanggap hanya sebagai pemanis cerita agar tidak telalu berbau amis darah perang. Mariam, gadis Yahudi dengan kisah suram masa kecilnya, adalah kekasih gelap Sultan Salahudin yang oleh keadaan kemudian menjadi mata-matanya dalam pasukan Richard Hati Singa. Mariam menjadi tokoh penting yang mengubungkan tokoh-tokoh perang Salib dan kemudian mengarahkan pada berakhirnya perang Salib. Peran Mariam yang kelewat penting ini…menjadi terkesan “maksa” dalam alur ceritanya. Selain itu, Kisah percintaan Saladin dan mariam, di umbar terlalu memuakkan jika dibandingkan dengan keteladan Saladin dalam sejarah yang telah tertulis. Untung saja penulis menjelaskan siapa Mariam di penutup buku, sehingga kekecewaan tehadap kenekatan penulis mencoreng pribadi Saladin dapat sedikit terobati. Pasalnya Sultan yang satu ini dikenal sebagai tokoh yang sangat di teladani, bahkan sampai ada yang menganggap keteladanannya mendekati keteladanan Rasulullah SAW.

Dalam kisah perang, daya tariknya adalah strategi taktik perang dan bagaimana kebesaran jiwa para pemimpin perangnya. Meski kisah perang tetap saja kisah yang melukai nilai-nilai kemanusiaan. Sayangnya, kurang banyak di uraikan bagaimana ketrampilan Saladin dalam memegang kendali pasukannya. Karena semangat perang dalam Islam adalah semangat pembebasan dari kezholiman. Bagaimana cara Saladin agar mampu menginternalisir semangat ini hingga kelapisan prajuritnya yang paling rendah?. Apakah cukup hanya sebatas mengandalkan keteladan pemimpinnya?. Dalam hal ini, kisah di pihak Saladin, kurang berimbang jika dibanding kisah Richard hati singa dalam memimpin pasukannya.

Kegalauan Richard karena celutukan jujur sahabatnya William, dan strategi beraninya yang muncul tak tertebak kemudian membuat tokoh ini menjadi menarik meski dengan deretan pembunuhan massal dan sadis yang membuatku mual. William menjadi penyampai pesan-pesan moral dalam cerita ini melalui perubahan sudut pandangnya terhadap kaum sarachen/Islam yang awalnya dianggapnya kafir kemudian perlahan berubah menjadi sahabat Sultan.

Melalui pemikiran William dan dialognya dengan Sultan, pemahaman ‘kafir ‘ bertransformasi menjadi tak sebatas perbedaan agama. Kafir menjelma dalam dua bentuk. Jenis pertama adalah kafir karena berbeda agama. Islam yang menuduh Kristen kafir, demikian juga sebaliknya. Kafir jenis kedua adalah kafir dalam kelompok agama yang sama. Kafir jenis ini ada karena ketidak mampuan memahami agamanya. Agama dipahami sebagai doktrin tanpa daya kritis untuk mengkaji sumbernya. Mendengar saja, tanpa menganalisa kebenarannya. Merasa taat beragama padahal membaca kitab sucinya pun tak pernah. Fanatik.

Ditangan penguasa yang licik seperti Richard Hati Singa, yang menjadikan agama hanya sebagai topeng, orang-orang jenis ini kemudian menjadi alat bagi memuluskan kepentingannya.

Maka, kafir jenis yang manakah yang perlu dikhawatirkan?

Kisah ini menjadi pembelajaran bagi kelompok2 yang gemar kafir mengkafirkan. Seperti di akhir novel yangi ditutup dengan kutipan : “Mereka yang kita cintai—dan mereka yang kita benci—hanyalah cermin dari diri kita sendiri.”. Seperti mengajak kita merefleksi diri sendiri. Sebelum terjebak pada kafir mengkafirkan yang disetir oleh penguasa-penguasa yang zalim. Marilah bertanya pada diri sendiri….. “sudahkah aku benar-benar memahami agamaku?”.
Karena seperti bayangan diri di cermin itu,
Bisa jadi...diri sendiri masih/kembali dalam keadaan kafir.

Wallahu A'lam

No comments: