Monday, July 12, 2010

Belajarlah ke negeri Ci......Korea


Ada pepatah yang kusuka, konon berasal dari bangsa Korea. Isinya ku kliping dalam blogku. Isinya:
"Ketika orang lain sedang tidur, kamu harus bangun. Ketika orang lain bangun, kamu harus berjalan. Ketika orang lain berjalan, kamu harus berlari. Dan ketika orang lain berlari, kamu harus terbang."

Pepatah ini, berarti selangkah lebih maju. Tak tergapai. visioner.

Tapi tulisan ini bukan ingin mengupas pepatah tersebut. Hanya saja belakangan ini, aku makin kagum saja dengan Korea. Bukan dari pepatahnya, tapi dari FILM.

Biasanya kalau ditawarkan nonton film Korea, banyak orang ngebayangi kisah romantisnya, atau sedih menyayat nyayat. Sampai ada iklan di Indonesia yang menggambarkan kemampuan film korea menguras air mata. (maaf aku lupa iklan apa..). Ah..ya...Indonesia juga di hebohkan dengan film korea juga. Sampai sinetron Indonesia pun meniru mentah-mentah cerita film Korea.

Korea memang menghanyutkan.

Awalnya sih cuek aja. Film apalagi sinetron, melodrama, telenovela, dan keluarganya itu, cuma penghibur. Kegiatan buang-buang waktu, sambil bermain-main dengan hayalan romantisme. Andai...andai..gitu deeh :D

Ada juga dulu temen kenalanku di Friendster sankin senangnya nonton film korea, sampai buat blog khusus resensi film korea yang sudah di tontonnya. Khusus Korea!. wuiii...ada-ada aja. Aneh. Gak penting banget..itulah pikiranku saat itu.

Well...
Harus diakui klo aku terkena virus dari adikku yang tergila-gila dengan Flower Four, QSD, de-el-el nya. Dari pada Sakit kepala nonton sinetron Indonesia yang selalu saja bertema harta, tahta, wanita. Lebih sakit kepala saat ganti chanel berita seputar Indonesia, yang ada sinetron KPK, pertarungan cicak dan buaya, buaya dan buaya-buayaan dan agaknya semakin sering menayangkan berita jenis sinetron versi analogi seluruh binatang.

Maka berterimakasih seisi rumah, atas kebaikan adikku menyisakan gaji tak seberapanya membeli CD murahan, khusus film korea. Kenapa Korea?. Mungkin karena dia pikir wajahnya mirip orang korea ya? entahlah. Tapi anehnya adikku ini, sampai suka bicara bahasa korea. Dengarkan musik pun berbahasa korea. padahal...ngerti pun tidak. klo pun tau cuma hana aseyoo...apa kabaar. gitu aja...
Pokoknya awalnya nyebelin ngeliat kecanduannya dengan film korea.

Nah karena pilihan hiburan malam, setelah penat bekerja hanya film korea. Apa boleh buat, nongkrong juga bengong di depan tv. Ups...pernah sampai bergadang tuh...nonton film bersambungnya....

Apa yang menarik dari film korea?
Ya...tema cinta memang jadi bahan cerita yang menarik di bagian dunia manapun.
Tapi...dalam film korea, cerita cinta kulihat cuma bumbu pemanis...eh tepatnya garamnya lah. Gizi film sebenarnya ada di latar belakang kehidupan tokohnya. Seperti misalnya film QSD, Quen of Suen Deok.
Cerita tentang Ratu pertama Korea. Bicara kisah cintanya, yang menonton sampai patah hati. Sedih. Malah ada temen sampai 2 minggu sedih serasa dia yang patah hati. Segitu nya ya?. Tapi tak berlebihan, alur ceritanya...seperti juga kebanyakan film korea lainnya, membuat penonton harus siapkan tissue lah. Dibalik kisah cinta menyayat itu...banyak pembelajaran sebenarnya. Penonton diajari apa sebenarnya politik, untuk apa politik, dan bagaimana strategi dan taktik mendapatkan kekuasaan.

Maaf aku jarang memperhatikan judulnya.
Di film korea lainnya, ada yang berkisah tentang jatuh bangun menjalankan usaha. Di mulai dengan karyawan yang tak punya cita-cita, tergerak mendirikan usaha untuk menolong teman, kemudian jatuh bangun sampai tak punya tempat tinggal. Film ini diakhir memberi pesan hemat, dan memberikan kepercayaan kepada orang yang teruji dapat dipercaya dan hemat.

Film lainnya ada pula bercerita tentang pengacara yang ingin merubah almamaternya jauh lebih baik. Dengan cara tak sengaja mendapat kesempatan memperbaiki, pengacara tersebut memilih 5 siswa untuk dijadikan percontohan. Guru pun di cari pilihan dari luar sekolah. Nah disini guru mengajar dengan cara yang unik. Berbeda dengan cara konvesional. Lucu. Tapi sebenarnya mengajarkan teknik mengajar. Mengkritik stereotip guru kepada muridnya. Membongkar isi hati murid, yang tentu saja tak berani di ungkap di dunia nyata. Takut nilai jelek atau apalah. Film ini juga mengajarkan cara menegakkan disiplin tanpa kekerasan.

Film lainnya ada pula yang bercerita tentang bursa saham. Nah disini, penonton diajari banyak istilah ekonomi makro mikro. Awalnya cerita tentang seorang anak muda pinter yang iseng bermain bursa saham dan menang. Ternyata dibalik bursa saham, ada permainan tingkat tinggi yang menyerempet hingga pada politik. Panaslah kepala dengan intrik-intriknya. Tapi kisa cinta selalu ada sebagai penyedap rasanya. Asyik. Pesan dari film ini, bermain bursa saham menuntungkan karena ada nya ikan kecil yang bisa dibodohi untuk membeli saham perusahaan tertentu. Jual beli saham tanpa mengecek perusahaannya, di satu pihak untuk pragmatis seseorang, tapi bisa berakibat fatal pada perusahaan yang sebenarnya dalam kondisi produksi yang baik baik saja. Perusahaan bangkrut karena saham jatuh, sebagian orang tersebut untung, tapi karyawan pabrik bangkrut tersebut harus kehilangan pekerjaan. Kejamnya dunia di tampilkan. Membuka kesadaran, betapa bursa saham, tanpa memastikan keadaan saham, sama saja dengan bermain judi.

Sisi lain dari film korea adalah, selipan kearifan budaya dan taat peraturan. Contohnya, adegan sedang membawa mobil, lalu dapat panggilan telepon. Kalau di Indonesia, biasanya nyerocos aja menjawab panggilan, tanpa peduli, sikap seperti itu bisa membahayakan pengedara dan pengguna jalan. Nah kalau film korea, selalu tuh pake headset, paling tidak berhenti, baru menganggkat telepon.

Juga adegan bersih-bersih diri. Seringkali di buat secara detail. Seolah-olah mengajari yang nonton untuk mandi, dan sikat gigi yang benar. Perhatikan aja film Full house. Sangat banyak adegan bersih-bersih disana. Konon sih...ingin menunjukkan kalau Korea itu bangsa yang cinta kebersihan. Jadi di film itu, juga ingin mendidik yang menonton juga....nah...sampai sedetail itu pun diperhatikan si produser film. Kalau seudah begini watak produser film, agaknya gak perlu iklan khusus untuk layanan sosial lah...irit kas negara. :D

Banyak hal yang bisa diulas dari film Korea, dan harus kuakui, dari sudut pandang penikmat film, hebat kemampuan orang korea dalam mengemas cerita. Terkesan film tak dibuat hanya untuk mengejar rating tapi memang memaparkan kehidupan nyata dan pesan kepada peradaban. Biasanya kisah kehidupan sering dianggap sendu. Kisah permainan politik, ekonomi, pastilah dihindari untuk ditonton, berat atau membosankan. Tapi film korea tidak. Malah meramunya, politik, cinta, komedi, menjadi santapan pemirsa. Politik adalah dunia nyata, ekonomi juga. Kenapa harus lari dari kondisi nyata. Dengan ramuan cinta, kejenuhan pada ide politik dan ekonomi justru nikmat di telan dan.....BERGIZI.

Terutama para pekerja film Indonesia....Yuk mari berajar dari film Korea.



*****************
~ditulis dan tersimpan sejak April 2010~

No comments: